|
|
Home
> Education
> FolksTale
> Ceroboh Membawa Bencana - Sumatra Selatan |
|
Ceroboh Membawa Bencana
- Sumatra Selatan |
|
Dahulu kala di daerah Jambi ada
sebuah negeri yang diperintah seorang raja bernama
Sultan Mambang Matahari. Sultan mempunyai seorang
anak laki-laki bernama Tuan Muda Selat dan seorang
anak perempuan bernama Putri Cermin Cina. Tuan Muda
Selat adalah seorang anak muda yang tampan namun
sifatnya agak ceroboh. Putri Cermin Cina berwajah
cantik jelita, kulitnya putih bagaikan kulit putri
Cina karena itulah ia disebut Putri Cermin Cina.
Pada suatu hari, datanglah seorang saudagar muda
ke daerah itu. Saudagar itu bernama Tuan Muda Senaning.
Ia dan anak buahnya merapat di pelabuhan negeri
itu. Seperti para saudagar lainnya, mula-mula niat
kedatangan saudagar itu memang hanya untuk berdagang.
Walau demikian ia disambut dengan ramah tamah oleh
Sultan Mambang Matahari.
Pada saat jamuan makan kebetulan Putri Cermin Cina
bertatap muka dengan Tuan Muda Senaning. Seketika
Tuan Muda Senaning jatuh cinta pada gadis jelita
itu. Demikian pula halnya dengan Putri Cermin Cina,
diam-diam ia juga menaruh hati kepada saudagar muda
yang berwajah tampan itu.
Namun sebagai seorang gadis tidak mungkin ia mengutarakan
isi hatinya lebih dahulu. Pada suatu kesempatan
kedua muda mudi itu sempat bertemu. Kesempatan yang
baik itu tidak disia-siakan oleh si pemuda.
“Adinda Putri ….”
kata Tuan Muda Senaning. “Sejak
pertama bertemu pandang denganmu, hatiku berdebar-debar.
Aku yakin kaulah gadis yang akan menjadi pendamping
hidupku.”
“Tuan Muda ….”
sahut Putri. “Jika Tuan
memang berkenan kepada saya, alangkah baiknya jika
Tuan segera bertanya kepada Ayahanda. Tuan akan
mengetahui apakah saya masih sendiri atau sudah
ada yang punya.”
“Baiklah, memang sudah
sepantasnya kalau hal itu dilakukan.”
kata Tuan Muda Senaning.
Pada dasarnya Putri Cermin Cina jatuh hati pada
Tuan Muda Senaning, demikian pula sebaliknya. Mereka
berjanji hendak membangun rumah tangga. Tidak lama
kemudian Tuan Muda Senaning datang melamar kepada
Sultan Mambang Matahari.
Sejak semula Sultan Mambang Matahari menaruh simpati
kepada saudagar muda yang berhasil itu. Bukan karena
kekayaannya, melainkan sifat dan tingkah laku pemuda
itu yang sopan tanpa dibuat-buat.
Maka dengan senang hati Sultan Mambang Matahari
menerima lamaran itu. Berkata Sutan Mambang Matahari,
”Tapi mohon maaf Ananda
Senaning, terpaksa pernikahan ditunda sampai tiga
bulan lagi. Saya masih harus menuntaskan perniagaan
yang belum selesai." Tuan Muda Senaning
hendak berkata bahwa segala keperluan untuk pesta
pernikahan dialah yang akan menanggung, namun niat
itu diurungkan karena hal itu dapat menyinggung
perasaan calon mertuanya. Padahal ia tahu pelayaran
mertuanya selama tiga bulan itu tidak lain adalah
untuk mencari bekal bagi pesta pernikahan anaknya.
“Baik Ayahanda …”
ujar Tuan Muda Senaning. ”Hamba
cukup maklum akan maksud Ayahanda.”
“Terima kasih atas pengertian
Ananda …” sahut Sultan Mambang
Matahari lega. Ia makin senang pada calon menantunya
yang tahu adat itu, yang tidak mentang-mentang kaya
lalu membuatnya kehilangan muka.
Sebelum berangkat berlayar, Sultan Mambang Matahari
berpesan kepada Tuan Muda Selat agar menjaga Putri
Cermin Cina dengan baik, jangan sampai terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan. Setelah itu, Sutan Mambang
Matahari berlayar mencari bekal untuk menikahkan
putrinya.
Pada suatu hari, Tuan Muda Senaning dan Tuan Muda
Selat asyik bermain gasing di halaman istana. Mereka
tertawa bergelak-gelak, makin lama makin asyik sehingga
orang yang mendengar ikut tertawa senang.
Hal itu menggugah hati Putri Cermin Cina yang sedang
merenda di ruang tengah untuk melihat. Ia menuju
ke jendela melihat keasyikan tunangan dan kakaknya
bermain gasing. Kehadiran Putri Cermin Cina terlihat
oleh kedua orang itu. Sambil melihat ke anjungan,
Tuan Muda Senaning melepaskan tali gasingnya. Gasing
itu mengenai gasing Tuan Muda Selat. Gasing Tuan
Muda Selat melayang dan terpelanting tinggi.
Mereka masih tertawa-tawa melihat gasing itu. Namun
tiba-tiba gasing itu bergerak kearah Putri Cermin
Cina. Sontak semua terkesiap. Sebelum mereka sadar
apa yang terjadi tiba-tiba, gasing itu berputar
persisi diatas kening Putri Cermin Cina. “Aaaaaahhh
…!” Putri Cermin Cina menjerit
kesakitan.
Kening Putri Cermin Cina pun berlumuran darah. Ia
jatuh ke lantai dan tidak sadarkan diri. Kedua pemuda
yang sedang bermain gasing itu segera berlari ke
anjungan. Benarlah, Putri Cermin Cina tergolek di
atas lantai.
Semua orang menjadi panik. Mereka berusaha memberikan
pertolongan sebisa-bisanya. Namun semua tindakan
tidak ada manfaatnya. Putri yang cantik jelita itu
akhirnya menghembuskan napas yang terakhir kali.
Tuan Muda Senaning menjerit keras. Ia masih belum
percaya tentang apa yang telah terjadi.
Setelah yakin tunangannya meninggal. Tuan Muda Senaning
jadi putus asa. “Sungguh
celaka! Semua gara-gara aku ….!”
teriak parau.
Ia melihat ada dua buah tombak bersilang di dinding.
Secepat kilat ditariknya tombak itu. Dengan sekuat
tenaga tombak itu dilemparnya ke halaman. Pangkal
tombak menancap ke tanah dan mata tombak mencuat
ke atas.
Tindakan ini hanya dilakukan oleh seorang yang mengerti
ilmu silat dan ilmu perang. Tuan Muda Selat yang
masih memeluk adiknya tak sempat mencegah perbuatan
Tuan Muda Senaning. Namun sepasang mata pemuda ini
terbelalak ngeri saat berpaling kearah calon adik
iparnya itu.
Ia benar-benar tak menyangka Tuan Muda Senaning
akan berbuat senekat itu. Saat itu dengan gerakan
yang sukar diikuti mata Tuan Muda Senaning melompat
ke halaman. Tubuhnya meluncur kearah mata tombak
yang mencuat ke atas mengenai mata tombak yang mencuat
itu. Mata tombak menembus perutnya langsung ke belakang
punggung.
“Adinda Putri aku segera
menyusulmu …” Suara pemuda itu
tersendat-sendat oleh nafasnya yang menjelang sekarat.
”Aku tak bisa hidup tanpa
dirimu.” Usai berkata demikian Tuan
Muda Senaning meninggal dunia.
Tuan Muda Selat segera berteriak keras memanggil
masyarakat untuk melihat kejadian itu. “Cepat
kita urus jenazah mereka berdua ini.”
Sementara kerabat istana merawat jenazah kedua insan
yang saling jatuh cinta itu, hati Tuan Muda Selat
kacau balau. Tak dapat dibayangkan, bagaimana marahnya
di Ayahanda Sultan Mambang Matahari bila mengetahui
kejadian ini. Untuk menjaga hal-hal yang tak diinginkan
ia minta agar kedua mayat orang yang disayanginya
itu dikuburkan segera.
Mayat Putri Cermin Cina dimakamkan di tepi sungai
sedangkan mayat Tuan Muda Senaning dibawa anak buahnya
ke kapal. Kapal itu berlayar ke seberang dan mayat
Tuan Muda Senaning dikuburkan disana. Tempat itu
kemudian diberi nama Dusun Senaning.
Sejenak Tuan Muda Selat merasa lega. Namun tatkala
ingat betapa Ayahandanya sebentar lagi akan datang
maka pikirannya menjadi kacau. Bukankah ia telah
diserahi Ayahandanya untuk menjaga Putri Cermin
Cina agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan?
Kenyataanya, adik yang sangat dikasihi oleh semua
orang itu ternyata telah meninggal dunia. Dan salah
satu penyebab kematian adiknya adalah dia sendiri.
“Seandainya aku tidak
bermain gasing tidak mungkin akan terjadi hal seperti
ini.”
“Semua ini salahku jua!”
ia terus menerus mempersalahkan dirinya.
“Sekarang apa yang harus
kulakukan?” gumamnya dengan penuh kebingungan.
”Apa yang harus kukatakan
kepada Ayahanda.”
Setelah berpikir keras, ia kemudian mengumpulkan
semua penduduk. Diajaknya mereka berunding. Tidak
lama kemudian Tuan Muda Selat memutuskan untuk meninggalkan
negeri karena sang ayahnya tidak mungkin akan memaafkannya.
Ia pun mengajak orang-orang kampung untuk ikut serta.
Ia membelokkan kapalnya kearah Pasang Senana. Kemudian,
ia menghilang tidak tentu arah. Orang-orang yang
ikut dengannya ditinggalkan di sebuah tempat. Tempat
itu akhirnya disebut Kampung Selat.
Tidak berapa lama kemudian, Sultan Mambang Matahari
merapat dengan kapalnya. Ia heran melihat kampungnya
sepi. Ia naik ke istana. Istana juga lengang. Setelah
dayang-dayang yang berada di istana menceritakan
kejadian sebenarnya, barulah ia mengetahui apa yang
telah terjadi.
Sultan Mambang Matahari merasa sedih. Kemudian dengan
beberapa pengikut, ia berangkat meninggalkan kampung.
Ia pergi keseberang dusun.
Beliau mendirikan kampung disana. Kampung itu terletak
diantara kubur Tuan Muda Senaning dan kapal Tuan
Muda Selat. Kampung itu diberi nama Dusun Tengah
Lubuk Ruso.
Legenda cerita ini oleh rakyat daerah Jambi dianggap
benar-benar terjadi karena ada hubungannya dengan
nama-nama kampung di Kabupaten Batanghari, Jambi. |
|
|
|
|
|