|
|
Home
> Education
> FolksTale
> Kembali Ke Kahyangan |
|
Kembali Ke Kahyangan |
|
I Rajapala adalah seorang pemburu
dan penangkap burung. Pada suatu hari, ia pergi
ke tengah hutan untuk berburu, dan menangkap burung.
Sialnya, tak seekor binatang dan burung pun di perolehnya.
Karena lelah, ia beristirahat dibawah sebatang pohon
yang besar. Di dekat pohon itu terdapat sebuah telaga.
Tak lama kemudian, datanglah tujuh orang bidadari
mandi ketelaga itu. Melihat hal itu, I Rajapala
bersembunyi dibalik pohon sambil memperhatikan para
bidadari itu mandi.
Setelah bidadari itu hampir selesai mandi, I Rajapala
mengambil selendang alat terbang salah seorang bidadari
dengan sumpitannya.
Usai mandi, enam orang bidadari terbang kembali
kesurga, seorang bidadari tidak bisa ikut karena
selendang terbangnya hilang. Bidadari itu bernama
Ken Sulasih.
Ketika kebingungan mencari selendang terbangnya,
I Rajapala keluar dari persembunyiannya. Lalu mendekati
Ken Sulasih.
“Hai, wanita cantik, kamu
sedang mencari apa?”
“Selendangku hilang. Apakah
kamu melihatnya?”
“Yang ini?”
tanya I Rajapala sambil memperlihatkan selendang
yang diambilnya itu.
“Nah, itulah selendang
saya. Tolong kembalikan supaya saya bisa pulang
kesurga. Kalau perlu saya mau menebusnya dengan
apapun,“ kata Ken Sulasih penuh harapan.
“Tidak, saya tidak mau
mengembalikan selendang ini kecuali kamu bersedia
menjadi istriku.”
Karena merasa terdesak, Ken Sulasih memenuhi permintaan
I Rajapala. Akan tetapi, Ken Sulasih mengajukan
syarat. Jika kelak anak peratmanya lahir, I Rajapala
harus mengembalikan selendangnya dan mengizinkan
Ken Sulasih pulang kesurga. I Rajapala menerima
syarat itu. Sejak itu, I Rajapala dan Ken Sulasih
menjadi suami istri.
I Rajapala sangat sayang kepada Ken Sulasih karena
sejak beristrikan Ken Sualsih ia selalu memperoleh
keberuntungan. Penduduk desa sangat heran karena
I Rajapala punya istri sangat cantik.
Tanpa terasa, beberapa tahun telah berlalu. Ken
Sulasih melahirkan seorang anak laki-laki. Anak
ini diberi nama I Durma. Belum genap setahun anaknya
lahir, Ken Sulasih teringat dengan syarat pernikahannya.
Ia pun menemui suaminya.
“Kakak Rajapala, kembalikan
selendangku. Saya akan pulang kesurga. Peliharalah
anak kita baik-baik.” Dengan rasa sedih,
I Rajapala mengembalikan selendang Ken Sulasih.
Setelah memeluk anaknya dengan rasa terharu, Ken
Sulasih pulang ke surga. Meskipun hatinya dirundung
rasa sedih, I Rajapala tetap melakukan pekerjaan
sehari-harinya, yaitu berburu dan menangkap burung.
Jika ia berburu, anaknya dititipkan pada tetangganya.
Tersebutlah I Durma telah berumur lima tahun. Ia
tumbuh menjadi anak yang tampan dan cerdas. Pada
suatu hari, I Rajapala memanggil anaknya.
“Durma anakku, Ayah sangat
sayang kepadamu.Tetapi ayah sudah tua. Sudah saatnya
ayah bertapa. Tinggallah kamu di rumah baik-baik.
Belajarlah rajin-rajin agar engkau pandai.”
Sambil menangis, dipeluknya anaknya erat-erat. Setelah
dititipkan kepada tetangganya, I Rajapala pun berangkat
ke hutan untuk bertapa.
Setelah dewasa, I Durma menjadi pemuda yang tampan,
cerdas dan cekatan. Dengan pertolongan tetangganya,
ia mengabdikan diri di Kerajaan Wana Keling. Raja
amat sayang kepadanya karena berbagai kesulitan
dan persoalan kerajaan dapat diatasi dengan baik
oleh I Durma.
Pada suatu hari, I Durma menghadap Raja Wana Keling.
“Tuanku Yang Mulia, perkenankanlah
hamba memohon diri pergi ke hutan untuk menengok
ayah hamba di pertapaan.”
“Baiklah Durma, tetapi
janganlah terlalu lama pergi. Tenagamu sangat diperlukan
oleh kerajaan.”
“Titah paduka hamba junjung,”
kata I Durma sambil menyembah, lalu mohon diri.
Dalam perjalanannya memasuki hutan, I Durma banyak
menemui rintangan. Beberapa kali ia dihadang oleh
perampok. Di samping itu, sekelompok raksasa menyerangnya
di tengah jalan. Namun, semua itu dapat diatasi
dengan mudah.
Telah beberapa hari ia berjalan memasuki hutan,
tetapi belum juga bertemu tempat pertapaan ayahnya.
Ketika ia duduk beristirahat, datanglah segerombolan
orang dari Wana Keling yang mengabarkan kerajaan
dalam keadaan bahaya.
“Durma, kami adalah rakyat
Wana Keling yang diperintahkan oleh raja untuk menjemput
kamu. Segeralah kamu kembali. Jika keadaan sudah
aman, kamu boleh balik ke hutan untuk menemui ayahmu.”
“Baiklah kalau demikian.
Keamanan kerajaan lebih penting dari keinginan saya.”
Lalu, kembalilah I Durma ke Wana Keling bersama
rommbongan yang menjemputnya.
Pada saat I Durma tiba di Wana Keling, kerajaan
sudah kacau-balau. Tentara kerajaan sudah terdesak.
Tanpa berpikir panjang, I Durma langsung terjun
ke medan perang. Berkat kesigapan I Durma berperang
dan mengendalikan tentara kerajaan, tentara musuh
dapat dikalahkan. Raja memberikan penghargaan kepada
I Durma sebagai abdi kerajaan yang telah menyelamatkan
negara. |
|
|
|
|
|