|
|
Home
> Education
> FolksTale
> Asal Mula Kerajaan Cah Lang - Sumatra |
|
Asal Mula Kerajaan
Cah Lang - Sumatra |
|
Di daerah Aceh, tersebutlah sebuah
kerajaan yang bernama Tampuh. Baginda Raja Teuku
Marali dan permaisuri Cah mempunyai seorang putri
yang cantik jelita bernama putri Nini. Kecantikan
Putri Nini terkenal sampai ke negeri tetangga. Banyak
pangeran dan putra raja yang ingin mempersutingnya.
Salah seorang pangeran dari kerajaan yang sangat
besar bernama Pangeran Saiman ingin mempersunting
Putri Nini. Pangeran Saiman adalah seorang yang
tamak dan angkuh. Hampir setiap orang yang menjadi
bawahan kerajaan pernah dipukulnya. Ia selalu memandang
rendah orang lain.
Karena sifatnya yang demikian itulah Putri Nini
tidak menyukai Pangeran Saiman, demikian pula dengan
kedua orang tuanya. Tapi Pangeran Saiman mengancam,
jika keinginannya ditolak, kerajaan Tampuh akan
diserangnya. Karena takut ancaman itu Putri Nini
dan orang tuanya tak dapat menolak kehendak Pangeran
Saiman. Sekalipun dengan berat hati.
Di samping itu, diam-diam Putri Nini sudah mempunyai
seorang kekasih dari kalangan rakyat jelata. Kekasihnya
itu seorang pemanjat pohon kelapa, namanya Gama
Dewa. Perkenalan mereka terjadi, ketika Putri Nini
terjatuh ke dalam Sumur Muara Tujuh, Gama Dewa menolongnya.
Sekali peristiwa, Gama Dewa hendak dipukul oleh
Pangeran Saiman. Ketika itu Gama Dewa memberi nasihat-nasihat
kepadanya dan mencela sifat kikirnya. Untunglah
tindakan kasar Pangeran Saiman dapat di cegah oleh
salah seorang dayang Putri Nini. Kemudian, Gama
Dewa mengajarkan petuah-petuah agama kepada dayang
tersebut.
Pangeran Saiman akhirnya mengetahui hubungan Putri
Nini dengan Gama Dewa. Hal itu membuatnya marah.
Ia mengancam untuk menyerang Kerajaan Tampuh. Pangeran
Saiman mengumpulkan seluruh laskarnya untuk menggempur
kerajaan Teuku Marali.
Mengetahui niat Pangeran Saiman itu, Teuku Marali
menjadi gelisah hatinya. Apa yang akan terjadi,
jika Pangeran Saiman benar-benar menyerang kerajaannya
?
Tuanku Gampong, seorang penasehat Teuku Marali.
Segera membujuk Pangeran Saiman agar jangan terbuang
nafsu untuk berperang. Tuanku Gampong mengingatkan
bahwa Teuku Marali sedang membujuk putrinya.
Sementara itu, Teuku Marali memerintahkan pengawalnya
untuk menangkap Gama Dewa. Pemuda itu dianggap sebagai
biang keladi dari keadaan yang gawat tersebut. Pangeran
Saiman pun tidak menghiraukan bujukan Tuanku Gampong.
Seorang dayang putri Nini juga ikut membujuk Pangeran
Saiman agar tidak menurut nafsu jahatnya.
Ketika mendengar apa yang diucapkan oleh dayang
itu adalah petuah-petuah yang pernah di ucapkan
Gama Dewa, Pangeran Saiman bertambah geram. Dayang
Putri Nini kemudian ditawan dan dipenjarakan di
suatu tempat di bawah tanah. Setelah mengetahui
perlakuan yang sewenang-wenang itu, Putri Nini bertambah
benci kepada Pangeran Saiman. Ia bersikeras menolak
cinta lelaki itu.
Pengawal Teuku Marali melaporkan bahwa mereka tak
menemukan Gama Dewa di Sumur Muara Tujuh, juga tidak
ada di tempat lain. Pengawal itu hanya bertemu dengan
seorang utusan dari kerajaan Dewa, yang ingin bertemu
dengan Teuku Marali. Ia juga meminta agar Teuku
Marali bersedia datang ke tempatnya.
Raja Teuku Marali tak keberatan memenuhi undangan
itu. Bersama dengan permaisuri, Putri Nini, Tuanku
Gampong, dan diikuti pula oleh Pangeran Saiman serta
beberapa pengawal mereka menuju Sumur Muara Tujuh.
Di tempat itu mereka bertemu dengan Tuanku Patih
dari kerajaan Dewa. Mereka kemudian memperbincangkan
masalah yang sedang dihadapi kerajaan Tampuh, sehubungan
dengan lamaran Pangeran Saiman yang ditolak oleh
Putri Nini.
Ketika mereka sedang asyik berbincang-bincang, tiba-tiba
dari semak-semak muncul seorang pemuda yang gagah
dan tampan. Ia mengenakan sebuah jubah yang putih
bersih. Semua yang hadir menjadi terkejut dan terkesima.
Karena pemuda itu tak lain adalah Gama Dewa yang
telah berganti rupa setelah mencuci mukanya dengan
air suci yang diambil dari sumur suci di dekat tempat
itu.
Tuanku Patih terus memberi nasihat-nasihat keagamaan
yang baik kepada mereka, terutama kepada Pangeran
Saiman diperingatkan agar tidak berlaku sewenang-wenang.
Pangeran Saiman bukannya berterima kasih atau menyadari
kesalahannya, ia malah mencabut rencong dan menikam
dada Tuanku Patih. Namun berkat kesaktian Tuanku
Patih badan Pangeran Saiman dibuatnya kaku, tidak
dapat bergerak.
Namun Tuanku Patih menjadi iba, dan ia percaya bahwa
Pangeran Saiman masih dapat diperbaiki perangainya,
ia disembuhkan kembali. Diluar dugaan, Pangeran
Saiman mengamuk. Ia menyerang siapa saja yang berada
didekatnya, ia berhasil membunuh Teuku Marali dan
permaisurinya.
Tapi, akhirnya Pangeran Saiman dapat diringkus oleh
para pegawal kerajaan Tampuh. Ia segera diseret
ke ruang sidang istana untuk diadili. Namun sebelum
pengadilan dimulai, ia telah bunuh diri.
Beberapa lama kemudian, Putri Nini menikah dengan
Gama Dewa. Mereka memerintah kerajaan Tampuh dengan
adil dan bijaksana. Dan pusat kerajaan lalu dipindahkan
ke tempat dimana Raja Teuku Marali dan permaisurinya
gugur dibunuh oleh Pangeran Saiman.
Kerajaan baru itu kemudian diberi nama Cahlang,
yang berasal dari kata cacah lalang, artinya “memotong
lalang”. Sebab ketika mereka hendak
membangun istana, mereka harus membersihkan lebih
dahulu rumput ilalang yang banyak tumbuh di tempat
itu. |
|
|
|
|
|