Sunan Bonan sering berdakwah
keliling hingga usia lanjut. Beliau meninggal
dunia pada saat berdakwah di Pulau Bawean
Berita segera disebar keseluruh Tanah Jawa. Para
murid berdatangan dari segala penjuru untuk berduka
cita dan memberikan penghormatan yang terakhir.
Murid-murid yang berada di Pulau Bawean hendak
memakamkan jenazah beliau di Pulau Bawean. Tetapi
murid-murid yang berasal dari Madura dan Surabaya
menginginkan jenazah beliau dimakamkam dekat ayahandanya
yaitu Sunan Ampel di Surabaya. Dalam hal memberikan
kain kafan pembungkus jenazah, mereka pun tak
mau kalah. Jenazah yang sudah dibungkus kain kafan
milik orang Bawean masih ditambah lagi dengan
kain kafan dari Surabaya.
Pada malam harinya, orang-orang Madura dan Surabaya
menggunakan ilmu sirep untuk membikin ngantuk
orang-orang Bawean dan Tuban. Lalu mengangkut
jenazah Sunan Bonang ke dalam kapal dan hendak
dibawa ke Surabaya. Karena tindakan tergesa-gesa,
kain kafan jenazah itu tertinggal satu.
Kapal layar segera bergerak kearah ke Surabaya.
Tetapi ketika berada di pertengahan Tuban Tiba-tiba
kapal yang digunakan mengangkut jenazahnya tidak
bisa bergerak, sehingga terpaksa jenazah Sunan
Bonang dimakamkam di Tuban yaitu di sebelah barat
Masjid Jami Tuban.
Sementara kain kafan yang ditinggal di Bawean
ternyata juga ada jenazahnya. Orang-orang Bawean
pun menguburkannya dengan penuh kidmat.
Dengan demikian ada dua jenazah Sunan Bonang.
Inilah karomah atau kelebihan yang diberikan Allah
kepada beliau. Dengan demikian tak ada permusuhan
di antara murid-muridnya.
Sunan Bonang wafat pada tahun 1525. Makam yang
dianggap asli adalah yang berada di kota Tuban
sehingga sampai sekarang makam itu banyak diziarahi
orang dari segala penjuru Tanah Air.
|