|
|
Home
> Education
> FolksTale
> Lepas Dari Jebakan |
|
Lepas Dari Jebakan |
|
Kancil atau pelanduk adalah hewan
yang terkenal cerdik. Pada suatu hari kancil sangat
lapar sekali. Ia berjalan mencari makan. Walau hari
masih pagi ia benar-benar merasa sangat lapar.
Dia keluar dari tempat persembunyiannya menelusuri
jalan. Setelah beberapa saat dia berjalan melewati
padang rumput dan semak belukar yang ada, lalu dia
menemukan sebuah kebun sayur-sayuran.
Berbagai tanaman di dalam kebun itu sangat subur
tumbuhnya. Hal ini membuat kancil sangat ingin menikmati
makanan itu walaupun sedikit.
Sementara itu Pak Dul yang memiliki kebun sedang
di dalam kebun memandangi tanamannya dengan puas
karena segar dan subur sekali.
Menyadari hal itu kancil segera pulang dan berniat
datang kembali sorenya. Kira-kira pukul lima sore
kancil telah kembali ke kebun itu.
Setelah lama ia mengintai Pak Dul yang sibuk melihat-lihat
buah timunnya akhirnya kancil agak lega melihat
Pak Dul sedang berkemas-kemas untuk pulang.
Pak Dul tidak menduga kalau ada kancil yang bersembunyi
disamping pohon kelapa hendak mencuri timun yang
ada di kebunnya.
Langsung saja dia menutup dan mengunci pagar kebun
dan langsung pulang menuju rumahnya. Melalui celah
pagar yang ada kancil menerobos masuk ke kebun itu.
Dengan perasaan senang sambil meloncat-loncat kian
kemari ia mulai melampiaskan selera makannya yang
sejak tadi telah kelaparan. Rakus sekali kancil
hari ini melahap buah mentimun. Juga kadang-kadang
ia melahap beberapa kacang panjang.
Begitulah hingga sore berikutnya, kancil datang
kembali keluar masuk melalui celah lubang pagar
yang sama. Setelah berulang kali melakukan perbuatannya
pak Dul pun tahu juga.
Betapa terkejut Pak Dul melihat timun yang ada.
Kali ini sangat berat sekali, karena ulah kancil.
Kancil tidak hanya makan timun tetapi juga merusaknya.
“Betul-betul kurang ajar
yang merusak timunku!” geram Pak Dul.
Jika ia menemukan biang perusak itu. Ia ingin segera
membunuhnya, tak peduli hewan apa saja.
Setelah diteliti ia pun menemukan celah lubang dimana
binatang itu masuk. Celah itu ada menghadap berlawanan
dari pintu masuk kebun.
Setelah itu Pak Dul segera menggali lubang tepat
di tempat jalan masuk, di luar pagar. Lubang itu
ditutupinya dengan dedaunan dan potongan kayu-kayu
kecil. Keadaan tutup itu dibuat sedemikian rupa
agar tidak tampak bahwa itu perangkap. Menjelang
sore perangkap itu telah selesai dibuatnya.
Pak Dul penuh harap agar nanti malamnya bisa menjebak
pelaku yang merusak tanaman timun di kebunnya. Seperti
biasa menjelang senja kancil pun datang di sekitar
kebun itu.
Dia segera mengintip barangkali Pak Dul belum pulang.
Karena diamatinya Pak Dul sudah pulang lalu dia
menuju jalan terobosan yang biasa dia lalui.
Beberapa langkah mencapai celah pagar yang biasa
dia lewati tidak diduga sebelumnya, kancil langsung
jatuh ke dalam lubang yang dalam.
Kancil takut dan cemas sekali. Dia mencari akal
supaya bisa keluar dari lubang tersebut. Tapi sia-sia
belaka. Kini ia menyadari akibat perbuatan jahilnya.
Kancil sengaja mengucapkan doa-doa palsu untuk mempengaruhi
binatang yang lewat di atas lubang. “Tap-teratap
daun terentang, Langit gelap tidak berbintang. Besok
hari akan kiamat, Didalam lubang ini aku selamat”.
Kura-kura yang lewat dia segera menegok kedalam
lubang. Dia langsung bertanya, “Hai
apa kerjamu dalam lubang ini cil?”
Kancil menjawab bahwa dia sedang berdoa karena menurut
ahli nujum seberang besok kiamat tiba. Setelah mendengar
pertanyaan kura-kura ia tetap meneruskan doanya.
Akhirnya kura-kura percaya bahwa besok benar-benar
kiamat. Kura-kura ingin masuk pula ke dalam lubang
itu. Kura-kura diijinkan dan dia pun akhirnya harus
patuh pada peraturan kancil. Ia berdoa pula seperti
kancil.
Lalu ada kijang lewat dan mendengar doa mereka.
Kijang segera menengok mereka dan menghampirinya.
Setelah itu menyusul babi hutan datang. Ia juga
terpengaruh akan tibanya hari kiamat pada esok hari
yang disampaikan oleh ahli nujum dari seberang.
Babi hutan merujuk kepada yang ada di dalam lubang
agar diperkenankan ikut selamat dari hari kiamat
itu.Babi hutan pun diperbolehkan masuk ke dalam
lubang yang digali Pak Dul tersebut tanpa merasa
sedikitpun curiga. Menyusul pula rusa.
Lalu datang harimau. Harimau si binatang buas, merasa
ingin segera selamat dari hari kiamat. Maka ia juga
segera masuk ke lubang. Nanti kalau hari kiamat
sudah usai dia segera menerkam salah satu dari mereka.
Ia pun masuk. Setelah semua masuk, kancil mulai
bicara, “Teman-teman,
kita berenam di dalam lubang ini harus tenang sesuai
aturan yang saya buat”.
“Baiklah kancil, coba
jelaskan aturannya!” kata mereka.
“Begini!”
kata kancil. “Mari kita
berjanji agar selamat besok pagi. Dan diantara kita
tidak ada yang boleh kentut. Jika ada yang kentut
maka harus kita keluarkan dari lubang ini! Setuju?”
“Setuju!”
serentak mereka menjawab. Tapi suatu keganjilan
terjadi ketika menjelang pagi, karena ada bau kentut
di antara mereka. Bau kentut itu sangat menyengat
sekali.
“Siapa terkentut!”
bentak kancil. Serentak mereka ketakutan.
Mereka mulai saling memeriksa dari satu binatang
kepada yang lainnya.
Ternyata kelima kawanan itu tidak ada yang menandakan
baru kentut. Mereka hanya saling pandang dan saling
curiga karena semua binatang yang ada di dalam lubang
hanya mereka, tetapi diantara mereka tidak ada yang
mengakui kalau salah satu dari mereka telah kentut.
Pemeriksaan jatuh kepada kancil sendiri yang dilaksanakan
oleh kura-kura. Melihat keadaan begitu, kura-kura
langsung berkata, “Wah,
kini harus bagaimana sekarang? Ternyata yang kentut
adalah kancil!”
“Sesuai peraturan, bahwa
siapa saja yang kentut harus dikeluarkan dari lubang
ini sekarang juga”, tambah kura-kura.
“Ya setuju....!”
mereka semua teriak dengan lantang sekali.
Harimau yang sejak tadi geram pada kancil mulai
tidak sabar. Tanpa banyak basa basi, langsung dipegangnya
kancil dan dilemparkan keluar.
“Dasar tukang usil! Yang
lain dilarang kentut malah dirimu sendiri yang kentut!”
ujar sambil tersenyum harimau. Tetapi dasar kancil
tetap kancil.
Ketika dilemparkan keluar dari lubang mereka terkejut
bukan main mendengar, “Terima
kasih kawan-kawan. Selamat masuk perangkap Pak tani!”
“Astaga, kita ditipu lagi
oleh kancil”, sesal mereka. Sementara
menunggu matahari yang akan segera terbit, mereka
semakin mendongkol kepada si kancil, tapi mau apa
lagi?
Akhirnya kancil pergi tanpa peduli bagaimana nasib
binatang lainnya di hadapan Pak Dul si petani yang
menanam mentimun itu. |
|
|
|
|
|