|
|
Home
> Education
> FolksTale
> Marian dan Kepala Kuda - Inggris |
|
Marian dan Kepala
Kuda - Inggris |
|
Dahulu di Inggris ada seorang tuan
tanah yang kaya raya mempunyai ramuh yang megah
di daerah Brittany. Walaupun ia kaya, ia merasa
sedih bila memikirkan nasib putra tunggalnya, Irwin.
Irwin adalah pemuda yang sehat dan cerdas, tapi
sayang... dia dilahirkan dengan kepala berbentuk
kepala kuda.
Namun demikian, Irwin dibesarkan dan dididik seperti
umumnya manusia biasa. Ketika sudah dewasa, ayahnya
menyuruhnya menikah. Si ayah lalu pergi mengunjungi
seorang petani yang punya tiga anak gadis.
Gadis sulung setuju menikah dengan Irwin karena
Irwin putra seorang tuan tanah yang kaya raya. Jadi
alasannya hanya karena harta benda saja. Sama sekali
tidak mencintai Irwin.
“Setelah menikah, aku
akan membunuhnya dengan demikian aku akan menjadi
janda kaya,” pikir Gadis Sulung.
Hari pernikahan pun tiba. Keesokan harinya, bukan
mayat Irwin yang ditemukan orang tetapi mayat si
Gadis Sulung.
Irwin mengatakan pada ayahnya bahwa memang sudah
nasib gadis itu demikian. Ayah Irwin penasaran,
mengapa bisa terjadi demikian.
“Aku hanya membela diri,
Ayah,” kata Irwin.
Gadis Tengah mendengar kabar bahwa kakaknya meninggal
karena sakit.
“Bagus, sekarang kesempatanku
untuk menjadi kaya,” pikirnya.
Maka Gadis Tengah menikah dengan Irwin, tetapi nasibnya
sama saja dengan nasib kakaknya.
Sekarang tinggal si Gadis Bungsu bernama Marian.
Dia tidak ingin membunuh Irwin. Dia bahkan mulai
mencintai suaminya. Setahun kemudian lahirlah seorang
bayi yang sehat dan normal. Pasangan muda itu sangat
bahagia.
Irwin sangat bangga. Diciumnya istrinya penuh sayang,
sambil berkata, “Besok pagi jika anak kita
selesai dibaptis, aku akan terbebas dari kutukan.
Tapi kekuatan sihirnya takkan hilang sebelum gema
lonceng gereja tak terdengar lagi. Jangan katakan
kepada siapapun mengenai hal ini sebelum upacara
pembaptisan itu benar-benar selesai.”
Keesokan harinya ibu mertua Irwin datang menengok
sang cucu. Upacara pembaptisan berlangsung khusyuk.
Lonceng gereja berdentang-dentang. Ibu si bayi sangat
bahagia. Sebentar lagi lonceng berhenti berdentang,
pasti takkan berbahaya jika dikatakannya saja rahasia
suaminya itu pada ibunya.
Dia tak bisa lagi menahan diri. Sebentar lagi suaminya
akan berubah menjadi manusia biasa.
Begitu ia selesai bercerita, terdengar lonceng berdentang
untuk terakhir kalinya. Dia telah melanggar janjinya
sebelum gema suara lonceng hilang dari pendengaran.
Irwin menerjang masuk kamar tempat istrinya duduk
mengobrol dengan ibunya. Dia sangat kesal, kecewa
dan putus asa.
“Apa maksudmu berbuat
seperti ini, Marian?” Tanya Irwin dengan
geramnya. “Sekarang aku
terpaksa bertapa di tempat sunyi dan terkurung dalam
kepala kuda seumur hidup.”
“Oh, maafkan aku,”
tangis Marian sambil memeluk suaminya. Dengan kasar
Irwin mencampakkan istrinya. Itu membuat Marian
terluka. Tiga tetes darah menitik dari hidungnya
dan menodai kemeja Irwin.
Terdengar sebuah suara berseru, “Buang
istri manusia kepala kuda itu ke Gunung Kristal.”
Entah dari mana, tiba-tiba muncul rajawali raksasa.
Burung itu mencakarnya dan membawanya terbang tinggi-tinggi
… melintasi lembah dan laut sampai di kaki
Gunung Kristal.
Marian yang malang dengan putus asa memandangi salju
licin disekelilingnya dan sebuah rumah terpencil
di puncak gunung. Seekor rubah merasa iba kepadanya.
“Pegangilah ekorku,”
katanya. “Aku akan menuntunmu
sampai ke rumah itu. Ada seorang pria malang tinggal
di sana. Kepalanya persis kepala kuda.”
Marian kaget. Pria itu pastilah suaminya. Dengan
bantuan rubah yang baik hati itu, Marian sampai
ke rumah yang dituju. Tiga orang perempuan sedang
mencuci sehelai baju. Ada tiga titik darah menodai
baju tersebut.
“Sulit sekali menghapus
noda darah ini,” keluh mereka. Tuan
pasti akan marah kepada kita.”
“Biarkan aku mencobanya,”
kata Marian. Sekali usap, bersihlah baju itu. Tiga
perempuan itu merasa senang, mereka menerima Marian
sebagai pelayan di rumah itu. Malamnya, Marian bersembunyi
di bawah tempat tidur suaminya.
Ketika Irwin masuk ke kamar, dia keluar dari tempat
persembunyiannya dan berkata, “Akulah
gadis yang telah menghapus noda darah di baju Tuan,
tapi tidakkah Tuan masih mengenaliku?”
Dengan bahagia Irwin memeluk Marian. Seketika itu
juga kepala kudanya hilang. Dia berubah menjadi
seorang pria muda yang tampan. Kutukan telah musnah.
Paginya Marian dan Irwin meninggalkan rumah tua
yang sepi terpencil di puncak gunung kebali ke Brittany.
Sejak itu mereka hidup bahagia bersama anak mereka. |
|
|
|
|
|