|
|
Home
> Education
> FolksTale
> Rahasia Tujuh Sumur - Banten |
|
Rahasia Tujuh Sumur
- Banten |
|
Dahulu ada seorang gadis. Namanya
Badariah. Ia adalah putri sulung seorang saudagar
kaya. Wajahnya cantik. Sikapnya sopan dan rendah
hati.
Kurang empat puluh hari lagi ia akan menikah. Seminggu
yang lalu orang tuannya telah menerima lamaran dari
seorang hartawan untuk anaknya yang bungsu.
Hari itu Badariah nampak gelisah. Sejak pagi burung-burung
perenjak berkicau-kicauan dihalaman rumahnya. Itu
pertanda rumahnya bakal kedatangan tamu penting.
Menjelang tengah hari firasat gadis itu terbukti,
ada serombongan orang turun dari kuda. Langkah mereka
tampak berwibawa saat memasuki rumahnya.
Badariah tak berani ikut menemui para tamu itu.
Ia hanya mengintip dari balik dinding kayu rumahnya
sembari mencuri dengar pembicaraan ayahnya dengan
para tamu yang datang.
Beberapa saat ia mendengar perdebatan antara ayahnya
dan para tamu. Nampaknya mereka sedang membicarakan
dirinya.
Hati Badariah berdebar kencang. Benar! Beberapa
saat setelah para tamu itu pergi ayahnya memanggilnya
keruang tamu.
“Badariah anakku, entah
nasib apa yang sedang menimpa kita. Mereka tadi
adalah utusan dari calon suamimu. Mereka datang
untuk membatalkan rencana perkawinanmu dengan Raden
Sambada.”
Badariah kaget, tapi tak sampai membuatnya pingsan.
Ia sudah sering mendapat kabar seperti ini. Entah
sudah berapa kali para lelaki yang meminangnya ternyata
pada akhirnya menggagalkan sendiri pinangan itu.
“Sudahlah ayah, saya tabah
menjalani hidup ini. Biarkan saja. Bukankah tidak
sekali ini lelaki yang menggagalkan rencana pernikahan
yang sudah disepakati?”
Ayahnya terharu mendengar sikap anaknya itu. Pada
suatu malam, Badariah bermimpi. Seorang kakek yang
penuh wibawa mendatanginya dan berkata, “Hai
Badariah, jika engkau ingin mendapat jodoh segera,
pergilah engkau seorang diri ke puncak Gunung Pabeasan.
Di sebuah batu besar cekung yang engkau temukan
disana lakukanlah tapa. Tapa itu harus engkau lakukan
empat puluh hari empat puluh malam. Selesai itu,
pergilah engkau ke kaki gunung. Cari sebuah pohon
lame besar. Di bawah pohon itu, engkau akan mendapatkan
tujuh buah mata air. Mandilah engkau pada ketujuh
mata air itu. Jodohmu akan datang setelah itu. Pesanku,
rawatlah ketujuh mata air itu. Bila kelak ada gadis
yang kesulitan mendapat jodoh, suruh mandi ditempat
itu. Mudah-mudahan Yang Maha Kuasa segera mendatangkan
jodohnya.”
Badariah menceritakan mimpinya kepada orang tuanya.
“Ayah dan Ibu,“
katanya, “Izinkanlah saya
membuktikan mimpi saya, dan doakanlah.“
Dengan sangat berat, orang tuanya melepasnya. Seorang
diri Badariah lalu berangkat ke puncak Gunung Pabeasan.
Di atas batu cekung besar yang ditemukannya, ia
pun melakukan tapa.
Tapa itu sungguh berat. Banyak godaan yang bisa
membuyarkan tapa. Ada ular besar yang melilit tubuh
Badariah. Ada harimau yang hendak menerkamnya. Lalu,
ada makhluk-makhluk seram menakutinya. Penuh ketabahan
Badariah terus bertapa. Akhirnya, ia dapat menyelesaikannya
selama empat puluh hari empat puluh malam. Setelah
itu dituruninya gunung. Di kaki gunung dicarinya
pohon lamean besar. Ia berhasil menemukannya. Dan
benar. Di bawah pohon itu ada tujuh mata air. Badariah
lalu mandi di ketujuh buah mata air itu. Setelah
itu ia pun pulang.
Aneh, tak lama kemudian, Badariah mendapatkan jodoh.
Seorang pangeran dari Kesultanan Banten menjadi
suaminya. Sesuai pesan Kakek dalam mimpinya, Badariah
lalu merawat ketujuh mata air. Dibuatnya bangunan
mengelilingi ketujuh mata air. Lalu dibuat pula
penampungan air yang keluar. Seorang pembantu kepercayaannya
diperintahkannya menjaga tempat itu.
Kini tempat ketujuh mata air itu berada dikenal
sebagai Sumur Tujuh, terletak di Kampung Gintung,
Desa Banjarsari, Kabupaten Serang. Keturunan si
pembantu, hingga saat ini, menjadi juru kunci, tugas
juru kunci adalah sebagai penjaga dan perawat, serta
pemberi petunjuk pada orang-orang yang datang untuk
mandi dan meminta berkah tempat itu. Para orang
tua punya pendapat sendiri tentang kisah yang dituturkan
di bawah ini. Jika seorang gadis berasal dari keluarga
kaya biasanya bertubuh gemuk dan gendut, kalau sudah
begitu tentu saja tidak menarik pemuda atau lelaki.
Dengan dianjurkan bertapa (maksudnya
berpuasa) maka tubuh menjadi ceking, dengan
mandi di tujuh mata air berarti tubuhnya menjadi
bersih seolah-olah sehari si gadis mandi sebanyak
tujuh kali. Tujuh mata air artinya tujuh macam jenis
cairan untuk menghaluskan dan menyegakan kulit.
Kalau sudah begitu tentu banyak lelaki yang tertarik
kepadanya. |
|
|
|
|
|