|
|
Home
> Education
> Story
> Operasi Penyelamatan |
|
Operasi Penyelamatan |
|
Beberapa tahun kemudian negara Wei
menduduki negara Han. Han adalah negara lemah yang
tidak mampu mempertahankan dirinya dari serangan
pasukan kuat yang dipimpin oleh Pang Juan. Rajanya
memohon bantuan dari negara Qi.
Raja negara Qi mengadakan rapat dengan para penasihatnya.
Perdana menteri berpendapat bahwa Qi perlu memperkuat
pertahanannya dan tidak perlu membantu negara lain.
Jenderal Tian Ji berpendapat bahwa tanpa bantuan
dari pihak luar, negara Han pasti akan dikalahkan.
Jika itu terjadi, maka negara Wei akan menjadi terlalu
kuat untuk negara Qi. Sun Pin mendukung pendapat
Jenderal Tian tapi menyarankan untuk tidak terjun
ke dalam medan peperangan dengan tergesa-gesa.
“Pasukan Qi berperang
untuk kepentingan negara Qi, bukan negara Han. Jika
kita pergi ke sana terlalu dini, kita akan berperang
untuk negara Han. Kita harus membantu negara Han,
tetapi untuk kepentingan kita sendiri. Tindakan
yang terbaik adalah membiarkan negara Han mengetahui
bahwa kita akan menolongnya. Begitu mendengar jaminan
dari kita, dia akan berperang dengan segenap kekuatannya.
Setelah kedua belah pihak berperang dengan dahsyat,
kita dapat mengirimkan pasukan kita untuk memenangkan
kemenangan akhir. Maka, kita dapat mencapai hasil
maksimum dengan usaha yang minimum.”
Jaminan dari negara Qi membangkitkan moral pasukan
negara Han. Tetapi mereka bukanlah tandingan pasukan
negara Wei yang ganas. Situasinya menjadi genting.
Pada titik itu, pasukan negara Qi menyerang Wei
seperti yang telah terjadi dulu. Pengalaman pahit
Pang Juan masih membekas di hatinya. Saat ini, dia
menarik kembali pasukannya yang terdiri dari 100.000
prajurit terbaiknya dari Negara Han untuk bertarung
dengan negara Qi. Maka, pengepungan di negara Han
secara otomatis berakhir.
Sun Pin dapat membaca pikiran Pang dengan sangat
baik, dan dia juga mengetahui bahwa pasukan negara
Wei selalu berpikir bahwa mereka adalah yang terbaik
di dunia dan cenderung untuk meremehkan lawan mereka.
Maka dia menyusun rencana perangnya dengan sangat
seksama.
Pasukan negara Qi tidak akan berperang dengan pasukan
Wei di garis depan. Ketika Pang Juan bergegas kembali,
Sun Pin memerintahkan untuk mundur. Seperti yang
telah diantisipasi oleh Sun, Pang Juan membalasnya
dengan melakukan pengejaran. Ketika pasukan negara
Qi mundur, Sun Pin memerintahkan untuk membangun
sebuah markas yang dapat menampung 100.000 orang
dalam perjalanan mereka pada hari pertama, untuk
50.000 orang pada perjalanan hari kedua dan untuk
30.000 orang pada hari ketiga.
Setelah mengejar pasukan Qi selama tiga hari, Pang
Juan sangat senang karena mengetahui bahwa setiap
hari jumlah markas musuh berkurang.
“Saya tahu bahwa pasukan
Qi tidak kuat,” kata Pang Juan dengan
congkaknya. “Ketika mereka
mendengar bahwa kita menyerang balik, lebih dari
separuh prajurit mereka melarikan diri dalam waktu
tiga hari.
Untuk mempercepat aksinya, dia membentuk pasukan
penyerang yang lebih kecil untuk mengejar musuh.
Sun Pin sudah memperhitungkan bahwa pasukan Pang
akan tiba di sebuah tempat bernama Maling pada sore
hari keempat. Jalan menuju Maling sangat sempit,
dan diapit dua buah gunung. Sun memerintahkan lima
ratus pemanah untuk bersembunyi di kedua sisi jalan.
Mereka diperintahkan untuk memanah ketika mereka
melihat api. Kemudian dia memerintahkan agar semua
pohon, kecuali yang paling tinggi, ditumbangkan
agar menghalangi jalan. Dia memerintahkan agar pohon
yang belum ditebang itu dikupas sebagian kulit luarnya
agar bisa menuliskan kata-kata berikut dengan tinta
hitam: ”Pang Juan akan
mati di bawah pohon ini.”
Sesuai harapan Sun Pin, Pang Juan tiba di Maling
pada sore harinya. Pasukannya mendapati bahwa jalan
tersebut sempit dan semua pohon tumbang menutupi
jalan mereka. Pang memerintahkan prajuritnya untuk
memindahkan pohon-pohon yang tumbang tersebut, dengan
berpikir bahwa pasukan Qi sedang mencoba untuk menghambat
pengejaran mereka dengan menciptakan kendala di
perjalanan.
Dia memperhatikan bahwa semua pohon di daerah itu
telah ditebang kecuali satu yang sangat besar. Dan
kelihatannya ada sesuatu tertulis di cabangnya yang
kulitnya terkelupas. Saat itu sudah terlalu gelap
untuk dapat melihatnya dengan jelas, maka Pang menyalakan
obor untuk membacanya. Ketika dia melihat tulisan
itu, dia baru menyadari bahwa dia telah jatuh ke
dalam jebakan, tetapi sudah terlambat. Pada saat
dia hendak memberikan perintah untuk mundur, anak
panah berhamburan ke arahnya seperti hujan. Pasukan
Wei menjadi panik. Tidak ada jalan untuk melarikan
diri.
Pang terluka di berbagai tempat, menyadari bahwa
dia akhirnya dikalahkan oleh mantan muridnya sendiri.
“Bajingan itu ? aku seharusnya
sudah membunuhnya,” teriaknya. “Dia
menjadi termashyur di atas penderitaanku.”
Dia mengucapkan sumpah serapah menghujat Sun Pin
dan memotong lehernya sendiri dengan pedangnya.
Pasukan negara Qi menang mutlak dengan menggunakan
strategi perang ini. Putra mahkota negara Wei ditawan
dan sejak saat itu Wei tidak pernah pulih dari kekalahannya.
Setelah peperangan di Maling, Sun Pin pensiun dari
kedudukannya. Dia telah berhasil membalas dendam.
Ketika bukunya tentang seni berperang selesai ditulisnya,
dia mempersembahkan buku itu kepada raja negara
Qi. |
|
Prev |
|
|
Komentar:
Buku Sun Pin mengenai seni perang ditemukan pada
tahun 1972 ketika sejumlah arkeolog China menemukan
kuburan dari zaman dinasti Han.
Jika Sun Pin hanya mempunyai ketabahan tanpa kemauan
yang sekuat baja, dia mungkin tidak dapat betahan.
Jika dia hanya mempunyai kemauan yang kuat untuk
hidup tetapi tidak mempunyai pengetahuan tentang
seni perang, dia mungkin tidak dapat membalas dendam
pada musuhnya. Kombinasi dari kualitas yang disebut
di atas itulah yang membuatnya menjadi figur yang
paling hebat dalam sejarah China. |
|
KONFUSIUS
Seseorang berkata, “Bayarlah sebuah luka dengan
kebaikan.”
Sang Guru berkata: “Jika kamu membalas luka
dengan kebaikan, lalu dengan apa kamu akan membalas
kebaikan? Kamu seharusnya membayar sebuah luka dengan
keadilan dan kebaikan dengan kebaikan.” |
|
Taken From
Michael C. Tang Book “Kisah-Kisah
Kebijaksanaan China Klasik - Refleksi Bagi Para
Pemimpin” |
|
|
|
|
|