|
|
Home
> Education
> Story
> Guru yang Berkelana |
|
Guru yang Berkelana |
|
Konfusius memegang jabatan di pemerintahan
selama empat tahun dan kejayaan negara Lu menimbulkan
kekhawatiran negara tetangganya, negara Qi. Atas
anjuran perdana menterinya yang baru, pemimpin negara
Qi mengirim serombongan utusan yang terdiri dari
delapan puluh penari cantik dan seratus dua puluh
kuda yang terbaik sebagai hadiah kepada pemimpin
negara Lu. Hal ini membuat pemimpin negara Lu sangat
terpesona dengan hiburan persembahan dari penari-penari
negara Qi dan mulai melupakan kewajibannya. Nasihat-nasihat
dari Konfusius tidak didengarnya dan ini adalah
yang diharapkan akan terjadi oleh negara Qi. Pada
saat yang sama, beberapa anggota pemerintahan di
negara Lu ingin menyingkirkan Konfusius dari kancah
politik karena Konfusius mencoba untuk menghapuskan
kekuasaan para aristokrat. Konfusius menjadi muak,
tetapi dia menunggu sampai sang bangsawan sadar
akan kesalahannya dan menyesal. Namun apa yang didapatkannya
pada akhirnya adalah penghinaan, dia dengan sengaja
tidak diundang di hampir seluruh peringatan keagamaan
penting negara. Dia merasa begitu terluka dan memutuskan
untuk meninggalkan negara Lu.
Empat belas tahun kemudian, Konfusius hidup seperti
di pengasingan, seperti anjing yang terhilang. Dia
berkelana di beberapa negara dengan harapan dia
mungkin dapat berguna di negara lain. Dalam perjalanannya,
dia dan para pengikutnya mengalami banyak kesulitan
dan bahaya.
Pernah Konfusius ditangkap karena kesalahan identitas.
Dengan alasan ini, murid-muridnya dipanggil satu
demi satu, hanya Yan Hui yang hilang. Konfusius
sangatlah khawatir dengan keselamatannya. Ketika
Yan Hui ditemukan setelah lima hari menghilang,
Konfusius merasa sangat lega. “Saya
pikir kamu sudah mati!” kata Konfusius.
“Selama Guru masih
hidup, bagaimana saya berani maati?”
jawab Yan Hui.
Semua pengikutnya sangat khawatir akan keselamatan
Konfusius. Karena merasa memiliki misi, dia menenangkan
mereka, “Dewa telah mempercayakan
peradaban kita ini kepada saya. Jika dewa bermaksud
untuk menghancurkannya, Dia mungkin telah melakukannya
sejak dulu dan kita tidak akan pernah mendapat kesempatan
untuk mendidik diri kita sendiri. Jelaslah dewa
bermaksud mempertahankan peradaban ini. Lalu, apa
yang dapat dilakukan orang-orang ini terhadap aku?”
Di lain waktu ketika ia dalam perjalanan menuju
negara Wei, dia berpapasan dengan ketua pemberontak
yang menyerang negara Wei. Ketua itu memberitahu
Konfusius bahwa dia tidak akan melepaskannya kecuali
jika Konfusius berjanji untuk membatalkan rencananya
untuk mengunjungi negara Wei. Konfusius berjanji,
tetapi segera setelah rombongan pemberontak itu
lewat dia mengubah arah dan berjalan menuju negara
Wei. “Guru,
apakah dibenarkan untuk mengingkari janji?”
tanya Zigong, heran. “Saya
tidak akan memenuhi janji yang dibuat di bawah paksaan,”
kata Konfusius. “Dewa pun juga mengabaikan
janji semacam itu.”
Ketika mereka tiba di ibu kota negara Wei, kota
itu sangat sibuk, dan berpenduduk banyak. “Ah,
begitu banyak orang,” kata Konfusius.
“Apa yang akan anda lakukan
untuk mereka jika anda mempunyai kesempatan?”
tanya Ran Qiu. “Saya
akan membuat mereka kaya.” “Selanjutnya
apa?” “Saya
akan mendidik mereka.”
Di lain waktu, mereka dikepung oleh pasukan dari
negara Chen dan Cai yang mencoba untuk menghentikannya
pergi ke negara lawan mereka, negara Chu, karena
takut kebijaksanaan Konfusius dapat mengubah negara
Chu menjadi kuat, yang dapat mengancam negara Chen
dan Cai.
Pasukan itu terus mengepung Konfusius sampai persediaan
makanan mereka habis. Selama itu Konfusius terus
mengajar, bernyanyi dan bermain kecapi.
“Apakah kita harus bertahan
dalam kesusahan ini?” tanya Zigong.
“Seorang pria sejati,”
jawab Konfusius, “dapat
bertahan dalam kesusahan seperti ini, tetapi orang
picik akan kehilangan kemampuannya untuk mengontrol
diri dan menjadi gila.”
Sadar bahwa murid-muridnya sudah hampir putus asa
Konfusius bertanya kepada mereka. “Apakah
ada yang salah dengan ide-ide saya? Secara teori,
jika ide-ide saya benar, saya akan sukses. Kita
tidak akan pernah terdampar di dunia liar ini seperti
binatang. “Mungkin
kita tidak mempunyai kerendahan hati dan kebijaksanaan
seperti yang kita kira,” jawab Zilu.
“Orang tidak mempercayai
atau mendengarkan kita.” “Mungkin
kamu benar,” kata Konfusius. “Tetapi
menurutmu bagaimana dengan orang hebat yang bernasib
sial? Jika orang yang bijaksana dan mulia secara
otomatis dihormati, tidak ada dari mereka yang mengalami
nasib sial.” “Seorang
petani yang cakap tidak selalu menghasilkan panen
yang bagus,” kata Konfusius. “Seorang
pengukir yang mempunyai kepandaian tinggi, tetapi
gaya ukirannya mungkin tidak cocok di zamannya.
Saya dapat memodifikasi, mengatur ulang atau menyederhanakan
ide-ide saya tapi mungkin masih tidak dapat diterima
di dunia. Jika kamu mau berkompromi untuk menyenangkan
orang, maka prinsip-prinsip kamu akan rusak.”
“Ajaran guru adalah kebenaran,”
Yan Hui berkata dengan tegas. “Karena
itu tidak dapat diterima. Tetapi kita sendiri harus
hidup sesuai dengannya. Apa masalahnya kalau tidak
dapat diterima oleh orang lain. Itu adalah kesalahan
mereka. Kenyataan bahwa orang menganggap ajaran
guru sulit untuk diterima menunjukkan pemahaman
mereka.” “Anakku,
jika kamu adalah seorang ningrat yang kaya, saya
mungkin ingin menjadi penjaga rumahmu,”
kata Konfusius, sangat senang dengan jawaban Yan
Hui.
Pada akhirnya mereka diselamatkan oleh Raja Zhao
dari negara Chu. Untuk menunjukkan penghargaannya
terhadap Konfusius, raja hendak memberikan tujuh
ratus meter persegi tanah untuk tempat tinggalnya.
Tetapi adik raja menentangnya. “Di
antara semua diplomatmu, adakah seseorang yang keahliannya
sejajar dengan Zigong?” tanya adik
raja. “Tidak,”
jawab raja. “Dan di
antara semua jenderalmu, adakah seseorang yang menyamai
Zilu?” “Tidak.”
“Dan di antara semua
penasihatmu, adakah seseorang yang sebijaksana Yan
Hui?” “Tidak.”
“Kemudian, apakah
kamu pikir memberikan tujuh ratus meter persegi
tanah kepada Konfusius adalah ide yang bagus? Saya
mendengar cerita tentang seorang raja bijaksana
yang mendirikan dinasti Zhou hanya mempunyai seratus
meter tanah dan akhirnya dia menguasai dunia. Dengan
kebijaksanaan dan pengetahuan serta semua muridnya,
apakah itu menguntungkan kita?”
Raja Chu memperlakukan Konfusius seperti bangsawan
tapi tidak jadi meminta Konfusius untuk tinggal.
Ke mana pun mereka pergi, kepala negara dan para
menteri pemerintahan berkumpul untuk mendengarkan
ide Konfusius mengenai pemerintahan dan penanganan
sosial. Seperti mendapat mandat dari Surga, Konfusius
selalu mendorong mereka untuk selalu mempertahankan
ide mengenai kebajikan. Perjalanan jauhnya menjadi
semacam misi untuk membentuk pemerintahan dan kehidupan
sosial yang lebih baik. Meskipun penguasa berbagai
negara memperlakukannya dengan sopan, mereka tidak
pernah mengikuti nasihatnya. “Dunia
telah rusak untuk waktu yang lama,”
kata Konfusius sedih. “Tidak
seorang pun mendengarkan aku, bahkan mereka tidak
mengerti apa yang aku katakan.” |
|
Prev
| Next |
|
|
Komentar:
Tidak seorang pun mempunyai pengaruh yang lebih
besar dalam kehidupan, pikiran, dan bahasa masyarakat
China seperti halnya Konfusius. Namun, dengan berjalannya
waktu, Konfusius menjadi jauh dan aneh, kadang kala
bahkan tidak simpatik. Untuk lebih memahami ajarannya,
saya akan melihat kembali ke sejarah untuk mencoba
menemukan seperti apakah Konfusius itu sebenarnya.
Cerita-cerita berikut adalah mengenai Konfusius,
namun lebih tertuju kepada kehidupannya daripada
filosofinya. |
|
Konfusius, 551-479
S.M
Pelajari Kebenaran di pagi hari, dan matilah dengan
bahagia di malam hari. |
|
Taken From
Michael C. Tang Book “Kisah-Kisah
Kebijaksanaan China Klasik - Refleksi Bagi Para
Pemimpin” |
|
|
|
|
|