|
|
Home
> Education
> Story
> Keterlibatan dalam Politik |
|
Keterlibatan dalam
Politik |
|
Dalam sejarah China, Konfusius hidup
pada zaman dinasti Zhou. Pendiri dinasti Zhou mengalahkan
penguasa terakhir dinasti Shang sekitar seribu tahun
sebelum Kristus. Pada awal dinasti Zhou, rajanya
sangatlah berkuasa dan negaranya menikmati kedamaian
dan kemakmuran. Tetapi pada masa Konfusius, China
terbagi menjadi beberapa negara bagian yang pada
awalnya dikuasai oleh anggota keluarga penguasa.
Negara-negara bagian ini bertempur satu dengan yang
lain untuk memperebutkan kekuasaan. Di dalam satu
negara pun selalu terjadi pertengkaran dan perselisihan
antara penguasa dan kaum bangsawan di sekitarnya.
Kekerasan dan pertikaian politik menjadi agenda
tiap hari. Kesejahteraan rakyat biasa sangat terabaikan.
Suatu ketika dia kebetulan melewati kaki gunung
Tai, Konfusius melihat seorang wanita menangis di
samping kuburan. Dia mengirim Zilu untuk melihat.
“Paman saya dibunuh oleh
seekor harimau beberapa waktu yang lalu,”
kata wanita itu. “Kemudian
suamiku juga dibunuh oleh harimau itu juga. Sekarang
anak saya....” “Kenapa
kamu tidak meninggalkan tempat ini dan pergi ke
tempat lain?” “Karena
di sini tidak ada penguasa lalim yang meneror kami,”
jawab wanita itu. “Kamu
lihat,” kata Konfusius kepada Zilu
setelah beberapa saat, “seorang
penguasa lalim lebih buruk dibandingkan harimau.”
Konfusius tidak bermaksud untuk hanya menjadi guru.
Dia ingin mempraktekkan ide-idenya dan berharap
para penguasa akan memberinya kesempatan untuk menerapkan
idenya dan membuat sebuah program reformasi. “Walaupun
jika hanya ada satu penguasa yang mau memakai saya,”
katanya, “saya dapat menyelesaikan
banyak hal dalam setahun, dan membuat perubahan
yang nyata dalam waktu tiga tahun.”
Ketika Zigong bertanya tentang pemerintah, Konfusius
berkata: “Cukup makan,
cukup perlindungan dan kepercayaan rakyat adalah
hal yang terpenting dari pemerintahan.”
“Jika kamu harus melepas
satu dari ketiga hal itu, yang mana yang akan anda
lepas?” tanya Zigong. “Perlindungan.”
“Jika kamu dipaksa untuk
melepaskan satu lagi, mana yang akan anda lepas?”
“Makanan. Memang benar
orang akan mati tanpa makanan, tetapi kematian sudah
menjadi takdir manusia sejak awal. Tetapi sebuah
negara tidak dapat berdiri jika masyarakatnya tidak
mempunyai keyakinan pada pemerintahnya.”
Tetapi bermain di kancah politik bukanlah keahliannya,
karena ia sangat vokal dan tidak mau menyanjung
yang berkuasa. Seperti yang dikatakannya, “Untuk
menyembunyikan perasaan seseorang dan berpura-pura
bersahabat dengan orang yang tidak disukainya, saya
malu melakukan itu.” Dia percaya bahwa
yang terbaik adalah disukai oleh yang baik dan tidak
disukai oleh yang jahat.
Dia berusia tiga puluh ketika penguasa negara Qi,
Bangsawan Jing mengunjunginya. Konfusius berkata
bahwa kekuasaan sang bangsawan berada pada pemerintahan
yang baik dan pejabat yang bagus, pengaturan sosial
yang layak dan pentingnya pengajaran moral.
Dia berusia tiga puluh lima ketika terjadi perang
saudara di daerah asalnya antara Bangsawan Zhao,
penguasa negara Lu, dengan para jenderalnya. Konfusius
membawa beberapa murid favoritnya dan pergi ke negara
Qi. Bangsawan Jing dari negara Qi meminta nasihatnya
tentang pemerintahan yang bagus.
Konfusius berkata, “Pengeluaran
yang hati-hati adalah hal penting yang harus diperhatikan
oleh pemerintah yang baik.” “Seorang
bangsawan harus bersikap seperti layaknya seorang
bangsawan, seorang menteri harus bersikap seperti
seorang menteri, seorang ayah bersikap seperti seorang
ayah, dan seorang anak bersikap seperti seorang
anak,” Dengan kata lain, Konfusius
percaya bahwa setiap dari mereka harus melaksanakan
kewajibannya dan membiarkan yang lain untuk melakukan
kewajiban mereka juga.
Dia menekankan, “Seorang
yang mempunyai kepandaian yang cukup untuk mendapatkan
kedudukan tinggi di pemerintahan membutuhkan kebajikan
untuk mempertahankan posisinya. Kalau tidak, dia
akan kehilangan posisinya meskipun dia memilikinya
sekarang. Seseorang mungkin mempunyai kepandaian
dan kebajikan yang cukup untuk mempertahankan kedudukannya
tapi dia tidak akan dihormati orang jika tidak memperlakukan
mereka dengan baik. Seseorang mungkin pandai, baik
dan dihormati, tetapi itu belum cukup kecuali jika
dia bertindak dengan sopan santun.”
Sang bangsawan ingin mengangkat Konfusius dan memberinya
kedudukan tinggi di pemerintahan di negara Qi, tetapi
perdana menteri dan pejabat-pejabatnya yang lain
menolak. Mereka tidak senang seorang cendekiawan
dari negara lain menjadi sejajar dengan mereka.
Konfusius tinggal di Qi selama tiga tahun, tetapi
tidak pernah diberi jabatan. Maka ia meninggalkan
negara Qi dan kembali ke negara Lu untuk meneruskan
pengajarannya selama sepuluh tahun lagi.
Pada waktu itu, kekuatan pemerintahan di negara
Lu berada di tangan Yang Hu, seorang politikus jahat
yang penuh ambisi dengan reputasi yang meragukan.
Dia adalah seorang diktator dan penguasa tunggal
negara bagian. Mengetahui reputasi Konfusius yang
tinggi di negara Lu, dia memaksa Konfusius untuk
bergabung dengannya dan berulang kali menawari Konfusius
posisi senior di pemerintahan. Tetapi Konfusius
menolaknya.
Yang Hu tidak mengenal putus asa. Suatu hari, dia
mengirim seekor babi muda untuk Konfusius sebagai
hadiah ketika Konfusius sedang tidak di rumah sehingga
dia tidak dapat menolak. Ini membuat Konfusius harus
membayarnya dengan mengunjungi Yang Hu, menurut
aturan sopan santun yang berlaku pada waktu itu.
Konfusius juga memilih waktu dimana Yang Hu tidak
di rumah untuk melakukan kunjungan balasan. Tetapi
dia bertemu dengan Yang Hu pada perjalanannya pulang
ke rumah. “Saya
ingin berbincang-bincang dengan anda,”
Yang Hu menghentikan Konfusius. “Apakah
anda pikir seorang pria dapat dikatakan murah hati
jika dia memiliki harta yang tak ternilai harganya
tapi mengabaikan kesulitan negaranya?”
“Tidak,”
jawab Konfusius. “Apakah
kamu pikir seorang pria dapat dikatakan bijaksana
jika dia ingin mengabdi kepada negaranya tapi melepaskan
kesempatan baik untuk bekerja di pemerintahan?”
“Tidak.”
“Waktu berjalan terus
dan tidak menunggu siapa pun, anda mengerti?”
“Baiklah. Saya menerima
tawaran ini,” akhirnya Konfusius berkata.
Tetapi dia hanya mencoba untuk mengelak dari pertemuan
yang canggung itu. Dia tidak pernah benar-benar
menjabat suatu posisi di bawah Yang Hu.
Konfusius mulai berpartisipasi dalam politik di
negara Lu setelah 501 SM, ketika Yang Hu meninggalkan
negara Lu setelah dia gagal dalam usahanya membunuh
salah satu lawan politiknya.
Pada usia lima puluh satu, Konfusius dipilih menjadi
walikota di kota Zhongdu oleh bangsawan Ding, penguasa
negara Lu. Dalam waktu satu tahun, Zhongdu menjadi
kota teladan tanpa kriminalitas. Pintu-pintu tidak
perlu dikunci pada malam hari karena tidak ada pencuri.
Barang yang hilang selalu dapat ditemukan karena
barang tersebut tetap tergeletak di tempat di mana
mereka ditinggalkan. “Dalam
menangani kasus hukum, saya tidaklah lebih baik
dibanding orang lain,” kata Konfusius.
“Tetapi tujuanku adalah
untuk mengakhiri kasus hukum.
Dia percaya bahwa prinsip moral yang tinggi dan
tingkah laku yang baik dapat membantu membentuk
kesadaran diri dan etika, sehingga menciptakan kedamaian
dan struktur sosial yang baik, sedangkan pemaksaan
hukum hanyalah membuat manusia mencoba untuk menghindari
hukuman tanpa mengembangkan kesadaran.
Pada tahun berikutnya Konfusius dipromosikan menjadi
Menteri Kehakiman dan kemudian menjadi perdana menteri
di negara Lu.
Perekonomian negara Lu menjadi sangat maju dibawah
kepemimpinannya. Orang berdatangan dari negara lain
ke negara Lu untuk menyaksikan sendiri kemakmuran
dan kedamaian di negara itu.
Konsep pemerintahan Konfusius adalah: “Untuk
mempertahankan kejujuran, kerajinan, kemakmuran,
pembagian ketenagakerjaan yang adil dan kasih kepada
sesama di suatu negara yang memiliki ribuan kereta
perang.
Konfusius juga sukses dalam urusan diplomatik ketika
dia menemani bangsawan negara Lu di konferensi perdamaian
dengan negara Qi dan menegosiasikan pengembalian
tiga kota yang diambil dari negara Lu. Ini adalah
berkat pemahamannya akan pentingnya bernegosiasi
dari segi kekuatan. Sebelum pergi ke konferensi,
dia menasihati bahwa Menteri Pertahanan harus ikut
dalam delegasi tersebut. “Jika
anda menginginkan perdamaian, bersiaplah untuk perang,”
katanya kepada sang bangsawan. Ini adalah masa paling
bahagia dalam hidupnya. “Saya
mendengar bahwa seorang pria sejati tidak pernah
menunjukkan ketakutan ketika menghadapi mara bahaya,
juga tidak terlena dalam kesuksesan,”
salah seorang muridnya menggodanya. “Benar,”
jawab Konfusius. “Tetapi
dia harus gembira karena kerendahan hatinya meskipun
dia memiliki jabatan yang tinggi.”
Konfusius adalah seorang yang apa adanya dan pendiam
di rumah, tapi cerdas dan fasih berbicara dalam
rapat-rapat pemerintahan dan pesta protokoler. Dia
tampil meyakinkan di antara pejabat tinggi, tapi
akrab dengan pejabat yang berkedudukan lebih rendah.
Dia penuh sopan santun tetapi tidak kaku, lembut
tetapi stabil, dihormati dan mudah didekati. Dia
tidak pernah memberikan kesimpulan yang tidak masuk
akal, atau pendapat yang membingungkan, dan tidak
pernah melihat sesuatu dari sudut pandangnya sendiri.
Zilu juga ditunjuk menjadi pejabat pemerintahan.
Di suatu musim semi, Bangsawan Duke mengumpulkan
sekelompok pekerja untuk menggali kanal guna mencegah
banjir. Karena bersimpati pada para pekerja, Zilu
menyiapkan makanan untuk mereka dengan uangnya sendiri.
Ketika Konfusius mendengar hal ini, dia mengirim
Zigong untuk menghentikannya. “Mereka
bekerja untuk si bangsawan,” kata Zigong.
“Guru bertanya-tanya mengapa
kamu bersimpati pada mereka?”
Zilu marah dan pergi menemui Konfusius.
“Bukankah anda mengajar
kami untuk bersikap baik dan murah hati, Guru?”
tanyanya. “Murah hati
berarti berbagi. Apa salahnya saya berbagi apa yang
saya punya dengan para pekerja itu?”
“Kamu terlalu naif,
Zilu,” jawab Konfusius. “Saya
pikir kamu mengerti politik, ternyata tidak. Kamu
bertindak karena maksud baik. Tapi kamu kelewat
batas. Mereka bekerja untuk Bangsawan Ding. Mereka
dibayar olehnya. Itu adalah kewajibannya. Kamu telah
melanggar haknya. Kamu telah melanggar norma.”
Begitu Konfusius menyelesaikan kata-kata itu, seorang
utusan Bangsawan Ding datang memaki dia. “Yang
mempekerjakan mereka adalah Yang Mulia. Mengapa
kamu menyuruh muridmu memberi mereka makanan? Apakah
kamu ingin merebut mereka dari Yang Mulia?”
Kesalahpahaman seperti itulah yang ingin dihindari
oleh Konfusius.
Dalam perjalanan ke negara lain, Zigong menebus
orang senegaranya yang menjadi budak di sana, membawanya
pulang, dan membebaskannya. Menurut hukum negara
Lu, Zigong pantas dihargai. Namun ketika para pejabat
memberinya penghargaan, dia menolaknya.
“Kamu salah, Zigong,”
kata Konfusius. “Penghargaan
itu dimaksud untuk memberikan insentif pada masyarakat
untuk berbuat baik. Menerimanya tidak akan mempengaruhi
reputasimu. Sebaliknya, penolakanmu bisa jadi menyurutkan
niat orang lain untuk membantu rekan senegaranya
dalam keadaan yang serupa. Jangan memberikan contoh
yang sulit diikuti orang lain.” |
|
Prev
| Next |
|
|
Komentar:
Tidak seorang pun mempunyai pengaruh yang lebih
besar dalam kehidupan, pikiran, dan bahasa masyarakat
China seperti halnya Konfusius. Namun, dengan berjalannya
waktu, Konfusius menjadi jauh dan aneh, kadang kala
bahkan tidak simpatik. Untuk lebih memahami ajarannya,
saya akan melihat kembali ke sejarah untuk mencoba
menemukan seperti apakah Konfusius itu sebenarnya.
Cerita-cerita berikut adalah mengenai Konfusius,
namun lebih tertuju kepada kehidupannya daripada
filosofinya. |
|
Konfusius, 551-479
S.M
Pelajari Kebenaran di pagi hari, dan matilah dengan
bahagia di malam hari. |
|
Taken From
Michael C. Tang Book “Kisah-Kisah
Kebijaksanaan China Klasik - Refleksi Bagi Para
Pemimpin” |
|
|
|
|
|