|
|
Home
> Education
> Story
> Organisasi dan Kepemimpinan |
|
Organisasi dan Kepemimpinan |
|
Perang adalah hal yang serius. Dampaknya
tergantung pada apakah itu hanya sekedar perang
dan apakah ada kepemimpinan militer yang bijaksana
terlibat di dalamnya. Perang juga tergantung pada
kondisi geografis dan cuaca, jarak dan jangkauan
medan perang. Pengorganisasian, logistik, dan komunikasi
juga memegang peranan penting.
Mengatur sebuah pasukan adalah masalah pengorganisasian.
Mengatur sebuah pasukan kecil sama repotnya seperti
mengatur sebuah pasukan besar. Komunikasi yang baik
juga penting untuk kesuksesan. Hal yang sama berlaku
baik untuk memerintah pasukan kecil atau pasukan
besar.
Tugas seorang jenderal adalah mempertahankan negaranya.
Raja harus percaya penuh kepadanya. Jika raja ikut
campur dalam keputusan jenderal, dia dapat menyebabkan
kebingungan dan membawa bencana di dalam ketentaraan.
Masalah militer berbeda dengan masalah sipil. Jika
raja menunjuk seorang sipil yang tidak mengerti
masalah militer untuk memimpin pasukan, dia mungkin
akan menyebabkan pasukan itu kehilangan kepercayaan
pada kepemimpinannya. Ketidakpercayaan antara raja
dan jenderal akan melemahkan efektivitas tempur
pasukan.
Perang itu penuh dengan ketidakpastian. Terkadang
jenderal tidak perlu menaati perintah raja. Dia
hanya berperang ketika dia yakin akan menang. Dalam
hal ini, meskipun raja memerintahkan dia untuk tidak
berperang, dia harus berperang. Sebaliknya, dia
seharusnya tidak berperang jika dia percaya bahwa
dia akan kalah. Meskipun raja memerintahkan dia
untuk berperang, dia seharusnya tidak berperang.
Dia tidak seharusnya mencobai musuh dengan harapan
untuk menang karena keberuntungan. Keputusan untuk
berperang atau tidak haruslah hanya berdasarkan
atas apakah keputusan itu yang terbaik untuk negara,
bukan karena pertimbangan pribadi seperti karena
malu atau ketenaran.
Seorang jenderal yang baik adalah orang yang tahu
kapan harus berperang dan kapan tidak, orang yang
selalu siap untuk mengambil kesempatan baik yang
muncul tiba-tiba, orang yang mengetahui bagaimana
menggunakan pasukan kecil sama halnya seperti menggunakan
pasukan besar, orang yang dengan sepenuh hati mendukung
prajuritnya dan tentaranya, serta orang yang kompeten
dan bebas dari pengaruh raja.
Seorang jenderal yang bagus seharusnya mampu memberi
komando sejumlah prajurit seperti memberi komando
kepada satu orang. Dia sering mengobrol dengan prajuritnya
untuk menciptakan rasa saling percaya. Ketika jenderal
memperlakukan prajuritnya seperti anaknya sendiri,
mereka akan berada di sekelilingnya ke mana pun
dia pergi, meskipun dengan mempertaruhkan nyawanya
sendiri. Pada saat yang sama, dia harus menjalankan
otoritasnya dan selalu konsisten. Dia dapat dimusuhi
tentaranya jika dia menghukum mereka sebelum mereka
mendapat kesempatan untuk mengenalnya dan membangun
rasa percaya kepadanya. Hal ini mengacu kepada ketidaksetiaan.
Dia tidak akan mendapatkan prajurit yang baik jika
dia tidak dengan serius menuntut kepatuhan dari
mereka yang setia kepadanya atau jika dia gagal
untuk menekankan disiplin dari mereka yang melanggar
hukum dan peraturan dalam pasukannya. Di antara
anggota dan pimpinan pasukan, bukti dari keyakinan
moral akan perang harus dikombinasi dengan penekanan
kedisiplinan. Hanya dengan demikian para prajurit
akan bertindak seperti layaknya satu orang dan menjadi
tak terkalahkan.
Seorang jenderal yang kuat dengan pasukan yang lemah
atau seorang jenderal yang lemah dengan pasukan
yang kuat adalah pertanda kekalahan.
Seorang jenderal tidak harus menjelaskan segala
sesuatu secara mendetail ketika dia memberi perintah
atau menetapkan target bagi prajuritnya. Dia harus
tenang, berpikiran sehat, disiplin, adil, dan agak
sulit dipahami.
Ketika menghadapi ketidakpastian, dia seharusnya
memiliki fleksibilitas untuk mengambil tindakan
yang sesuai dengan keadaan, dan tidak boleh dibatasi
dengan peraturan yang ada.
Ada lima kelemahan pada komandan pasukan yang dapat
mengakibatkan kegagalan:
Seorang pemimpin yang tidak bertanggung jawab akan
terbunuh.
Seorang pemimpin yang takut mati akan berakhir sebagai
tawanan perang.
Seorang pemimpin yang mudah marah akan mudah terpicu
untuk mengambil tindakan yang bodoh.
Seorang pemimpin yang terlalu sensitif mungkin tidak
akan mampu untuk menahan penghinaan dan mungkin
akan maju ke peperangan terlalu dini.
Seorang pemimpin yang terlalu memikirkan keselamatan
rakyat biasa akan menjadi subjek pelecehan musuh. |
|
Next |
|
|
Komentar:
Seni Perang adalah buku klasik tentang ilmu perang,
psikologi perang dan filosofi perang. Tetapi prinsip
yang diungkapkan dalam buku legendaris itu membahas
lebih dari lingkup peperangan militer.
Pelaku bisnis dari China, Jepang, Korea, dan Singapura
telah mempelajari buku Sun Tzu dengan saksama, menganggap
buku itu seperti sebuah buku wajib dalam kompetisi
dunia bisnis modern di mana pasar adalah medan perang,
manajer dan karyawan adalah prajurit dan kepala
prajurit, serta produk dan servis adalah senjata.
Untuk alasan ini, saya memberi judul bab ini, “Seni
berkompetisi”.
Analisis Sun Tzu yang mendalam tentang watak manusia,
organisasi, kepemimpinan, pengaruh lingkungan, dan
pentingnya informasi memiliki relevansi dengan peperangan
ekonomi sama seperti pada peperangan militer. |
|
Zilu bertanya, “Jika guru
memimpin pasukan yang hebat, orang seperti apa yang
guru inginkan bersama anda?”
Sang guru berkata, “Saya tidak akan membawa
orang yang dapat bertarung dengan harimau dengan
tangan kosong, atau menyebrangi sungai tanpa perahu.
Saya ingin seseorang yang mendekati kesukaran dengan
hati-hati dan yang memilih untuk sukses dengan strategi.” |
|
Taken From
Michael C. Tang Book “Kisah-Kisah
Kebijaksanaan China Klasik - Refleksi Bagi Para
Pemimpin” |
|
|
|
|
|