|
|
Home
> Education
> Story
> Perencanaan yang Cermat |
|
Perencanaan yang Cermat |
|
Membuat rencana yang cermat adalah
syarat utama untuk memenangi perang. Kemenangan
harus terjamin sebelum seseorang maju perang. Semakin
cermat seseorang membuat rencana sebelum dia pergi
berperang, kemungkinan untuk menang semakin besar.
Perencanaan yang kurang cermat akan menurunkan peluang
untuk menang. Tidak ada rencana sebelumnya akan
menyebabkan kekalahan. Dalam hal ini, hasil dari
sebuah perang dapat terlihat dari bagaimana cermatnya
perang itu direncanakan.
Seorang jenderal yang baik seharusnya terbiasa dengan
perbandingan kualitatif dan kuantitatif antara kekuatannya
dan kekuatan lawan.
Dia menyusun beberapa skenario yang berbeda, kemudian
merencanakan aksinya dan mengantisipasi aksi lawan
dengan baik, memperhitungkan setiap faktor baik
faktor yang menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan
untuk setiap skenario. Dalam kondisi yang menguntungkan,
dia tidak mengabaikan faktor negatif, maka ia akan
meyakinkan bahwa kemenangan terakhir akan berada
di pihaknya. Dalam kondisi sebaliknya, dia tidak
akan kehilangan faktor positif, maka ia akan dapat
mempertahankan kepercayaan dirinya.
Jika seorang jenderal mengetahui kekuatan pasukannya
tetapi tidak mengetahui kekuatan lawannya, peluangnya
untuk menang hanyalah lima puluh persen. Jika dia
mengetahui kekuatan lawannya tetapi tidak mengetahui
kekuatannya sendiri, peluang untuk menang masih
lima puluh persen. Jika dia tidak mengerti keduanya,
dia tidak mempunyai peluang untuk menang. Jika dia
mengetahui kekuatan kedua belah pihak, tetapi tidak
mengetahui tempat yang tepat untuk bertempur, peluangnya
untuk menang masih lima puluh persen. Hanya ketika
dia mempunyai pengetahuan yang baik mengenai lingkungan,
geografi, dan iklim yang berhubungan dengan perang
yang akan dilakukannya, dia pasti akan menang.
Jika seorang jenderal mampu mengantisipasi kapan
dan di mana untuk berperang, dia dapat mengalahkan
musuh meskipun jika dia harus bepergian sejauh seribu
mil untuk bertempur. Jika tidak, dia tidak dapat
mengirimkan pasukan sayap kirinya untuk menyelamatkan
pasukan sayap kanannya. |
|
Prev
| Next |
|
|
Komentar:
Seni Perang adalah buku klasik tentang ilmu perang,
psikologi perang dan filosofi perang. Tetapi prinsip
yang diungkapkan dalam buku legendaris itu membahas
lebih dari lingkup peperangan militer.
Pelaku bisnis dari China, Jepang, Korea, dan Singapura
telah mempelajari buku Sun Tzu dengan saksama, menganggap
buku itu seperti sebuah buku wajib dalam kompetisi
dunia bisnis modern di mana pasar adalah medan perang,
manajer dan karyawan adalah prajurit dan kepala
prajurit, serta produk dan servis adalah senjata.
Untuk alasan ini, saya memberi judul bab ini, “Seni
berkompetisi”.
Analisis Sun Tzu yang mendalam tentang watak manusia,
organisasi, kepemimpinan, pengaruh lingkungan, dan
pentingnya informasi memiliki relevansi dengan peperangan
ekonomi sama seperti pada peperangan militer. |
|
Zilu bertanya, “Jika guru
memimpin pasukan yang hebat, orang seperti apa yang
guru inginkan bersama anda?”
Sang guru berkata, “Saya tidak akan membawa
orang yang dapat bertarung dengan harimau dengan
tangan kosong, atau menyebrangi sungai tanpa perahu.
Saya ingin seseorang yang mendekati kesukaran dengan
hati-hati dan yang memilih untuk sukses dengan strategi.” |
|
Taken From
Michael C. Tang Book “Kisah-Kisah
Kebijaksanaan China Klasik - Refleksi Bagi Para
Pemimpin” |
|
|
|
|
|