|
|
Home
> Education
> Story
> Angin Timur |
|
Angin Timur |
|
Isu mengenai angin sangat mengganggu
pikiran Zhou Yu. Dia menjadi sangat khawatir sampai
jatuh sakit. Zhuge Liang memanggil dia.
“Saya mengetahui apa yang
meresahkan anda, Jenderal,” katanya.
“Saya mempunyai resep
yang dapat membantumu.”
Dia menulis di selembar kertas: “Untuk
menghancurkan Cao Cao, kita harus menggunakan api.
Sekarang kita mempunyai segalanya kecuali angin
timur.”
“Saya pikir inilah penyebab
sakit anda,” katanya sambil menyerahkan
kertas itu kepada Zhou Yu.
Zhou Yu sangat tergoncang. “Lalu
pengobatan apa yang kamu punya? Kamu tahu, saya
dalam kondisi kritis.”“Kebetulan
saya tahu bagaimana memanggil angin dengan berdoa
kepada Surga. Saya membutuhkan sebuah altar dibangun
di Gunung Nanping khusus untuk tujuan ini. Saya
akan pergi ke sana dan bersembahyang supaya angin
tenggara yang kuat bertiup selama tiga hari dan
tiga malam.”
“Satu malam saja
sudah cukup. Kecepatan angin itu yang penting.”
Sakit Zhou Yu hilang separuh setelah mendengar kata-kata
Zhuge.
“Saya akan memanggil angin
pada tanggal 20 Desember dan bertiup kencang sampai
22 Desember.”
Maka, sebuah altar dibangun di Gunung Nanping sesuai
permintaan Zhuge. Pada tanggal 20 Desember, Zhuge
menuju ke altar, membakar hio, dan mulai berdoa
kepada Surga.
Sementara itu, Huang Gai tengah menyiapkan dua puluh
kapal dimuati bahan yang mudah terbakar. Buritan
kapal dipenuhi paku-paku besar. Di dalam kapal dipenuhi
tumpukan jerami yang dicelupkan ke dalam minyak
ikan lalu ditimbun dengan sulfur dan belerang. Seluruhnya
lalu ditutupi dengan kain hitam. Armada Wu telah
siap.
Pada sore hari, Zhuge telah naik dan turun dari
altar tiga kali; tetapi tetap tidak ada tanda-tanda
angin bertiup. Semua orang menjadi resah. Menjelang
tengah malam, tiba-tiba terdengar suara angin. Umbul-umbul
di kapal mulai berkibar ke arah barat laut. Beberapa
saat kemudian, angin tenggara bertiup dengan kencang.
Zhou Yu mengetahui bahwa kemenangan atas Cao Cao
dapat dipastikan. Sekarang adalah saat yang sangat
baik untuk menyingkirkan Zhuge Liang sang supernatural.
Dia memerintahkan seratus orang bersenjata menuju
ke altar untuk mencari Zhuge. Tetapi tidak seorang
pun terlihat di sana. Pencarian menyeluruh di air
dan di darat segera dilaksanakan. Sebenarnya Zhuge
telah pergi dengan sebuah perahu. Di sampingnya
berdirilah seorang yang paling berani di Kerajaan
Shu, Jenderal Zhao Yun. Tentara Zhou Yu mengejar
mereka dengan perahu cepat.
“Apa tujuannya mengejar
saya?” teriak Zhuge ke perahu pengejar.
“Kembalilah dan beritahu Zhou Yu untuk menggunakan
kekuatannya dengan hati-hati. Saya telah meminta
Jenderal Zhao untuk membawa saya pulang karena saya
dapat membaca pikiran Zhou Yu seperti membaca buku.”
Twang! Jenderal Zhao memanah jatuh kemudi kapal
yang mengejar mereka dan kapalnya melaju dengan
cepat. |
|
Prev
| Next |
|
|
Komentar:
Zhuge Liang berusia dua puluh delapan tahun ketika
pertempuran di Tebing Merah terjadi. Pertempuran
itu tidak akan dapat dimenangkan tanpa bantuan angin
timur, yang terjadi berkat doa Zhuge Liang . Tujuan
sebenarnya dari Zhuge Liang untuk membangun altar
di Gunung Nanping adalah supaya dia dapat melarikan
diri.
Seperti kita lihat dalam skenarionya “meminjam”
panah dari Cao Cao, Zhuge Liang mempunyai pengetahuan
yang baik tentang cuaca. Dia telah tinggal di daerah
ini cukup lama dan mengetahui bahwa di musim dingin
biasanya terjadi perubahan arah angin. Sejak dia
datang di perkemahan kepala pasukan Wu, yaitu Jenderal
Zhou Yu, dia selalu diawasi sang jenderal. Dia menyadari
rasa iri hati Zhou dan bahaya yang dihadapinya.
Berdoa meminta kedatangan angin timur adalah alasan
sempurna untuk pergi ke Gunung Nanping, yang memberinya
kesempatan untuk kabur.
Zhuge Liang (181-234 M) selalu dihormati oleh orang
China sepanjang zaman sebagai ahli strategi dan
taktik yang paling pandai dalam sejarah China kuno.
Melalui usahanya, keseimbangan kekuatan geopolitis
antara ketiga negara yang terus berkompetisi setelah
runtuhnya dinasti Han yang didirikan oleh Liu Bang
pada 206 S.M. dapat tercapai. Liu Bei dipercaya
sebagai keturunan asli dari keluarga kerajaan Han.
Zhuge Liang menjadi perdana menterinya selama bertahun-tahun
dan memenangkan banyak pertempuran untuknya. Zhuge
Liang mengabdi dengan penuh ketekunan dan kesetiaan
yang tidak dapat diragukan sampai kematiannya pada
usia empat puluh tahun. Zhuge juga mempunyai kemampuan
sastra yang sangat hebat. Surat-suratnya untuk Liu
Bei dan anaknya merupakan suatu karya sastra yang
besar.
Berikut ini adalah contoh lain dari kemampuannya
yang luar biasa.
Pada suatu hari, sebuah batalion musuh yang kuat,
yang terdiri dari 150.000 tentara, mendekati sebuah
kota terpencil yang dijaga hanya oleh sejumlah tentara
tua di bawah kepemimpinan Zhuge Liang. Zhuge memerintahkan
semua bendera yang dipasang diturunkan dan semua
pintu kota dibuka. Dia menyuruh dua puluh orang
tentara untuk menyamar sebagai pemulung untuk menyapu
jalan pada keempat pintu kota. Tidak seorang pun
diizinkan bergerak ataupun bersuara. Kemudian dia
sendiri dengan menggunakan pakaian putih yang biasa
ia pakai duduk di tembok kota, menyalakan sebatang
hio dan mulai memainkan sebuah musik yang lembut
dengan kecapi.
Ketika komandan pasukan musuh melihat pemandangan
ini, dia dengan segera menduga ada jebakan dan memutuskan
untuk mundur. Zhuge memiliki reputasi terlalu berhati-hati
untuk bermain-main dengan bahaya. Komandan pasukan
musuh adalah seorang yang licik dan suka bermain
curang dalam menyusun strategi, namun ia sering
menjadi korban dari kecurigaannya sendiri. Zhuge
berspekulasi dengan kecurigaan lawannya dan menang.
Contoh yang lain adalah kampanyenya melawan orang-orang
Burma yang tamak dan kejam. Zhuge menangkap raja
Mantse sebanyak tujuh kali dan sebanyak tujuh kali
juga Zhuge melepaskannya untuk menyusun kembali
kekuatannya dan berperang lagi. Ketika bawahannya
protes, Zhuge Liang berkata, “Saya dapat menangkapnya
seperti saya dapat mengambil sesuatu dari kantong
saya. Apa yang saya lakukan adalah untuk mengalahkannya
dan menaklukkan hatinya.” Ketika raja Mantse
tertangkap untuk ketujuh kalinya, dia berlutut di
hadapan Zhuge Liang.
“Meskipun saya tidak berbudaya, saya masih
memiliki rasa malu. Saya tidak akan melawan lagi,”
katanya.
Pada akhirnya, Liu Bei gagal mengembalikan kejayaan
dinasti Han, dan ketiga kerajaan digantikan oleh
dinasti lain, tetapi legenda Zhuge Liang tetap abadi.
Namanya menjadi sinonim dari kebijaksanaan dan kreativitas. |
|
VEGETABLE ROOTS
Berilah lebih daripada yang kamu terima, sehingga
yang tamak pun akan berterima kasih kepadamu.
Simpanlah cukup kecerdikan sebagai persediaan, sehingga
pada masa yang tidak diduga, kamu tidak akan terpojok. |
|
Taken From
Michael C. Tang Book “Kisah-Kisah
Kebijaksanaan China Klasik - Refleksi Bagi Para
Pemimpin” |
|
|
|
|
|