|
|
Home
> Education
> Story
> Penempatan |
|
Penempatan |
|
Bagian yang paling sulit dalam membuat
formasi sebuah strategi perang adalah penempatan.
Kadang kala penempatan yang benar mungkin tidak
akan menghasilkan manfaat yang segera atau langsung,
tetapi itu akan menjadi keuntungan jangka panjang.
Seorang jenderal yang bijaksana seharusnya mempunyai
kemampuan untuk menyadari apa yang menjadi tujuan
jangka panjang untuk mendapatkan kemenangan akhir.
Pada saat berperang, tempatkanlah dirimu pertama-tama
pada posisi yang aman dan kemudian tunggu kesempatan
untuk menyerang. Pertahananmu adalah fungsi dari
upayamu sendiri, sedangkan untuk mengalahkan musuh
kamu harus menunggu kesempatan yang tepat yang mungkin
diberikan oleh musuh karena kesalahan mereka sendiri.
Lebih daripada itu, syarat-syarat untuk mempertahankan
dirimu sendiri dan mengalahkan musuh adalah berbeda.
Kamu mungkin mempunyai lebih dari cukup tentara
dan senjata untuk bertahan tetapi tidak cukup untuk
menantang musuh. Maka prioritasnya adalah untuk
mempertahankan tentara dan senjata, karena mereka
adalah modal utama kemenanganmu. Dengan demikian,
meskipun seorang jenderal yang baik tidak dapat
menjamin untuk mengalahkan musuh, dia dapat menjamin
bahwa dia tidak akan terkalahkan.
Seorang jenderal tidak memenangkan peperangan hanya
karena dia menekankan kemenangan. Seorang jenderal
yang baik akan menciptakan kondisi dimana prajuritnya
dapat memperoleh keuntungan, bukan meminta sesuatu
yang tidak realistis pada mereka. Jika kamu mempunyai
strategi yang baik, ingatlah bahwa kamu dapat menciptakan
kondisi eksternal yang sedemikian rupa untuk membantu
penerapan strategimu. Keteraturan atau kekacauan,
keberanian atau ketakutan, kekuatan atau kelemahan
adalah hasil dari penempatan.
Jika kamu masuk ke dalam medan perang lebih dulu,
kamu mempunyai waktu untuk beristirahat dan menunggu
musuh. Jika kamu terlambat dan musuh sedang menunggumu,
kamu bertindak dengan tergesa-gesa begitu memasuki
medan perang. Dengan begitu, kamu tidak berada pada
kondisi yang terbaik. Seorang jenderal yang baik
akan memaksa musuh untuk memasuki medan pertempuran
bukan dipaksa untuk berperang.
Dengan prinsip yang sama, jangan berikan kesempatan
kepada musuh untuk bernapas. Jangan memberikan mereka
kesempatan untuk memulihkan diri. Tetaplah menekan
untuk melemahkan mereka.
Beberapa medan peperangan terbentuk sedemikian rupa
sehingga siapa pun yang sampai di sana terlebih
dahululah yang akan mendapat keuntungan. Cobalah
untuk mendahului musuh. Tetapi jika musuh datang
terlebih dahulu, janganlah mencoba untuk merampas
pusat kekuatannya, karena mungkin akan terlalu mahal
harganya bagimu untuk merebutnya.
Beberapa medan sangat mudah untuk dimasuki tapi
sulit untuk keluar. Hindarilah daerah seperti itu.
Tunggulah sampai musuh sudah separuhnya mencapai
medan tersebut dan kemudian seranglah.
Beberapa daerah menjadi menarik karena strategis
bagi beberapa pihak. Jika kamu dapat mengontrol
daerah seperti itu, kamu akan mendapatkan banyak
dukungan. Kembangkan aktivitas diplomatik dan kuatkan
hubungan dengan sekutumu. |
|
Prev
| Next |
|
|
Komentar:
Seni Perang adalah buku klasik tentang ilmu perang,
psikologi perang dan filosofi perang. Tetapi prinsip
yang diungkapkan dalam buku legendaris itu membahas
lebih dari lingkup peperangan militer.
Pelaku bisnis dari China, Jepang, Korea, dan Singapura
telah mempelajari buku Sun Tzu dengan saksama, menganggap
buku itu seperti sebuah buku wajib dalam kompetisi
dunia bisnis modern di mana pasar adalah medan perang,
manajer dan karyawan adalah prajurit dan kepala
prajurit, serta produk dan servis adalah senjata.
Untuk alasan ini, saya memberi judul bab ini, “Seni
berkompetisi”.
Analisis Sun Tzu yang mendalam tentang watak manusia,
organisasi, kepemimpinan, pengaruh lingkungan, dan
pentingnya informasi memiliki relevansi dengan peperangan
ekonomi sama seperti pada peperangan militer. |
|
Zilu bertanya, “Jika guru
memimpin pasukan yang hebat, orang seperti apa yang
guru inginkan bersama anda?”
Sang guru berkata, “Saya tidak akan membawa
orang yang dapat bertarung dengan harimau dengan
tangan kosong, atau menyebrangi sungai tanpa perahu.
Saya ingin seseorang yang mendekati kesukaran dengan
hati-hati dan yang memilih untuk sukses dengan strategi.” |
|
Taken From
Michael C. Tang Book “Kisah-Kisah
Kebijaksanaan China Klasik - Refleksi Bagi Para
Pemimpin” |
|
|
|
|
|