|
|
Home
> Education
> Story
> Persekutuan Shu – Wu |
|
Persekutuan Shu –
Wu |
|
Pada tahun 208 M, Cao Cao memimpin
200.000 tentara, siap menyebrangi Sungai Yangtze
untuk menyerang kerajaan Wu dari arah tenggara.
Ada dua kubu di pemerintahan Wu, kubu yang memihak
untuk menyerah kepada Cao Cao dan kubu yang lain
memutuskan untuk berperang. Liu Bei yang masih memulihkan
diri dari kekalahan yang baru dideritanya, mengirimkan
ketua strateginya, Zhuge Liang ke kerajaan Wu untuk
mendiskusikan ancaman Cao Cao. Baik kerajaan Wu
dan Shu menganggap bahwa Cao Cao sebagai seorang
pengkhianat yang menggunakan kaisarnya sebagai boneka
untuk mencapai ambisinya. Zhuge Liang meyakinkan
Sun Quan bahwa demi keselamatan kerajaannya, satu-satunya
cara untuk mengalahkan Cao Cao adalah bergabung
dengan Liu Bei, karena gabungan kekuatan dari Wu
dan Shu akan memiliki kesempatan yang baik untuk
mengalahkan tentara Cao Cao.
Liu Bei mengunjungi Jenderal Zhou Yu, kepala komandan
pasukan Wu yang merupakan tangan kanan Sun Quan.
Kedua negara tersebut lalu menjadi sekutu. Mereka
menggabungkan kekuatan mereka di Tebing Merah, dekat
kota yang sekarang ini bernama Wuhan di China tengah,
untuk bertempur melawan Cao Cao.
Jumlah pasukan Cao Cao jauh lebih banyak daripada
jumlah pasukan gabungan dua kekuatan Wu dan Shu
yang hanya berjumlah 50.000 orang. Mereka ditempatkan
di sebelah utara Sungai Yangtze. Kontak senjata
awal dengan angkatan laut Wu menyebabkan kerusakan
parah pada pasukan Cao. Kebanyakan pasukan Cao hampir
tidak dapat berdiri dalam perahu yang bergoyang
karena mereka adalah orang utara yang tidak mempunyai
pengalaman berperang di air. Maka Cao Cao memerintahkan
dua orang jenderal yang baru direkrut Zhang Yun
dan Cai Mao, yang sebelumnya menjabat sebagai petinggi
angkatan laut Wu dan berkhianat membelot ke pasukan
Cao Cao dengan tujuan melatih orang-orang Cao Cao.
Kompi angkatan laut lalu dibentuk; latihan militer
dilaksanakan sepanjang hari; obor-obor yang dinyalakan
untuk menerangi medan latihan menerangi langit.
Melihat langit yang diterangi obor dan pantulan
cahaya di air dari sisi selatan, Jenderal Zhou Yu
merasa tidak enak. Dia lalu berperahu untuk memata-matai
pasukan Cao. Apa yang dilihatnya membuatnya khawatir:
kedua perwira angkatan lautnya yang berkhianat benar-benar
tahu apa yang harus dilakukan. Dia ketahuan oleh
penjaga Cao, tetapi dia dan timnya berhasil kabur
melalui sungai.
Penyelidikan Zhou Yu menggusarkan Cao Cao.
“Zhou Yu dan saya dulunya
adalah rekan sejawat,” kata salah satu
penasihatnya yang bernama Jiang Gan. “Jika
saya pergi ke sebelah selatan, mungkin saya dapat
memenangkannya.”
Cao setuju untuk membiarkan penasihatnya mencoba. |
|
Prev
| Next |
|
|
Komentar:
Zhuge Liang berusia dua puluh delapan tahun ketika
pertempuran di Tebing Merah terjadi. Pertempuran
itu tidak akan dapat dimenangkan tanpa bantuan angin
timur, yang terjadi berkat doa Zhuge Liang . Tujuan
sebenarnya dari Zhuge Liang untuk membangun altar
di Gunung Nanping adalah supaya dia dapat melarikan
diri.
Seperti kita lihat dalam skenarionya “meminjam”
panah dari Cao Cao, Zhuge Liang mempunyai pengetahuan
yang baik tentang cuaca. Dia telah tinggal di daerah
ini cukup lama dan mengetahui bahwa di musim dingin
biasanya terjadi perubahan arah angin. Sejak dia
datang di perkemahan kepala pasukan Wu, yaitu Jenderal
Zhou Yu, dia selalu diawasi sang jenderal. Dia menyadari
rasa iri hati Zhou dan bahaya yang dihadapinya.
Berdoa meminta kedatangan angin timur adalah alasan
sempurna untuk pergi ke Gunung Nanping, yang memberinya
kesempatan untuk kabur.
Zhuge Liang (181-234 M) selalu dihormati oleh orang
China sepanjang zaman sebagai ahli strategi dan
taktik yang paling pandai dalam sejarah China kuno.
Melalui usahanya, keseimbangan kekuatan geopolitis
antara ketiga negara yang terus berkompetisi setelah
runtuhnya dinasti Han yang didirikan oleh Liu Bang
pada 206 S.M. dapat tercapai. Liu Bei dipercaya
sebagai keturunan asli dari keluarga kerajaan Han.
Zhuge Liang menjadi perdana menterinya selama bertahun-tahun
dan memenangkan banyak pertempuran untuknya. Zhuge
Liang mengabdi dengan penuh ketekunan dan kesetiaan
yang tidak dapat diragukan sampai kematiannya pada
usia empat puluh tahun. Zhuge juga mempunyai kemampuan
sastra yang sangat hebat. Surat-suratnya untuk Liu
Bei dan anaknya merupakan suatu karya sastra yang
besar.
Berikut ini adalah contoh lain dari kemampuannya
yang luar biasa.
Pada suatu hari, sebuah batalion musuh yang kuat,
yang terdiri dari 150.000 tentara, mendekati sebuah
kota terpencil yang dijaga hanya oleh sejumlah tentara
tua di bawah kepemimpinan Zhuge Liang. Zhuge memerintahkan
semua bendera yang dipasang diturunkan dan semua
pintu kota dibuka. Dia menyuruh dua puluh orang
tentara untuk menyamar sebagai pemulung untuk menyapu
jalan pada keempat pintu kota. Tidak seorang pun
diizinkan bergerak ataupun bersuara. Kemudian dia
sendiri dengan menggunakan pakaian putih yang biasa
ia pakai duduk di tembok kota, menyalakan sebatang
hio dan mulai memainkan sebuah musik yang lembut
dengan kecapi.
Ketika komandan pasukan musuh melihat pemandangan
ini, dia dengan segera menduga ada jebakan dan memutuskan
untuk mundur. Zhuge memiliki reputasi terlalu berhati-hati
untuk bermain-main dengan bahaya. Komandan pasukan
musuh adalah seorang yang licik dan suka bermain
curang dalam menyusun strategi, namun ia sering
menjadi korban dari kecurigaannya sendiri. Zhuge
berspekulasi dengan kecurigaan lawannya dan menang.
Contoh yang lain adalah kampanyenya melawan orang-orang
Burma yang tamak dan kejam. Zhuge menangkap raja
Mantse sebanyak tujuh kali dan sebanyak tujuh kali
juga Zhuge melepaskannya untuk menyusun kembali
kekuatannya dan berperang lagi. Ketika bawahannya
protes, Zhuge Liang berkata, “Saya dapat menangkapnya
seperti saya dapat mengambil sesuatu dari kantong
saya. Apa yang saya lakukan adalah untuk mengalahkannya
dan menaklukkan hatinya.” Ketika raja Mantse
tertangkap untuk ketujuh kalinya, dia berlutut di
hadapan Zhuge Liang.
“Meskipun saya tidak berbudaya, saya masih
memiliki rasa malu. Saya tidak akan melawan lagi,”
katanya.
Pada akhirnya, Liu Bei gagal mengembalikan kejayaan
dinasti Han, dan ketiga kerajaan digantikan oleh
dinasti lain, tetapi legenda Zhuge Liang tetap abadi.
Namanya menjadi sinonim dari kebijaksanaan dan kreativitas. |
|
VEGETABLE ROOTS
Berilah lebih daripada yang kamu terima, sehingga
yang tamak pun akan berterima kasih kepadamu.
Simpanlah cukup kecerdikan sebagai persediaan, sehingga
pada masa yang tidak diduga, kamu tidak akan terpojok. |
|
Taken From
Michael C. Tang Book “Kisah-Kisah
Kebijaksanaan China Klasik - Refleksi Bagi Para
Pemimpin” |
|
|
|
|
|