|
|
Home
> Education
> Story
> Seorang Guru Teladan |
|
Seorang Guru Teladan |
|
Saat masih muda, Konfusius mendapatkan
pekerjaannya yang pertama sebagai penjaga lumbung
seorang bangsawan setempat. Setelah beberapa saat,
dia ditunjuk sebagai pengawas di Departemen Pertanahan
dan Panen, dan kemudian menjadi pengawas di berbagai
kantor pemerintahan di negara Lu. Dia mulai mengajar
ketika berusia hampir tiga puluh tahun di waktu
senggangnya. Konfusius tidak hanya mengajari pengetahuan
dan keahlian. Dia mengajar cara mengasah pikiran
dan memperoleh integritas. Pada waktu itu, pendidikan
hanya diperuntukkan bagi kaum bangsawan. Tetapi
Konfusius tidak mengikuti monopoli pendidikan ini.
Dia percaya bahwa pendidikan seharusnya tidak dibatasi
oleh perbedaan kelas, bahwa setiap orang, apa pun
latar belakangnya, berhak untuk mendapatkan kesempatan
yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Dia mengumumkan
bahwa ia akan menerima setiap orang yang ingin belajar.
Dia hampir tidak pernah menyebut soal uang, dan
menerima murid-murid dengan tidak memandang berapa
banyak mereka membayarnya.
Yan Hui, seorang pemuda dari keluarga miskin merasa
kuatir tidak mampu membayar uang sekolah. Tetapi
dia mendengar Konfusius berkata, “Saya
tidak akan menolak siapa pun, meskipun dia hanya
mampu membayar dengan sepuluh potong daging kering
sebagai uang sekolah.” Secepatnya dia
menjadi murid Konfusius.
Murid-murid Konfusius, tua dan muda, kaya dan miskin,
berkumpul di sekitarnya. Dia mempunyai lebih dari
tiga ribu murid. Tujuh puluh dua orang di antara
mereka adalah teman baik yang juga menjadi muridnya.
Yang paling terkenal adalah Zilu, seorang yang sangat
bersemangat, tanpa basa-basi dan berani; Zigong
yang pandai, diplomatis, tampan dan stabil; Ran
Qiu yang kompeten, penuh perhitungan dan berani
berdebat mengenai prinsip; Zeng Shen yang terkenal
karena pengabdiannya dan Yan Hui, murid kesayangan
Konfusius yang berasal dari keluarga miskin tetapi
rajin, dapat diandalkan dan pendiam. Konfusius menyampaikan
pelajarannya dalam bentuk diskusi panel. Murid-muridnya
didorong untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya
secara bebas dan mandiri. Dia menyesuaikan metode
pengajarannya pada tiap individu.
Suatu ketika Zilu bertanya apakah dia harus segera
mempraktekkan apa yang telah dipelajarinya, dan
Konfusius menyuruhnya untuk berkonsultasi dengan
ayah dan saudara laki-lakinya sebelum bertindak.
Tetapi ketika Ran Qiu menanyakan pertanyaan yang
sama, Konfusius menyuruhnya untuk segera melaksanakan
apa yang telah dipelajarinya. Salah seorang muridnya
menjadi bingung dengan perbedaan jawaban atas pertanyaan
yang sama. Konfusius menjelaskan, “Ran
Qiu cenderung ragu-ragu, maka saya memaksanya. Sedangkan
Zilu sangat antusias, maka saya mencoba untuk meredamnya
sedikit.”
Konfusius memaksa murid-muridnya berpikir untuk
diri mereka sendiri. “Jika
saya menjelaskan satu sudut dari suatu topik, saya
mengharapkan dia dapat memahami ketiga sudut lainnya
sendiri. Jika dia tidak dapat melakukannya, saya
akan menyuruhnya pergi.”
Dia memberitahu murid-muridnya, “Yang
paling mulia adalah orang yang lahir dengan kebijaksanaan.
Berikutnya orang yang menjadi bijaksana melalui
belajar. Berikutnya adalah mereka yang baru mau
belajar setelah mengalami kesulitan hidup. Yang
paling buruk adalah mereka yang tidak mau mencoba
untuk belajar.” “Kamu
harus belajar seakan-akan kamu akan dapat menguasai
apa yang telah kamu pelajari, dan memegangnya seakan-akan
kamu takut kehilangannya.” Tetapi “belajar
tanpa berpikir adalah usaha yang sia-sia; dan berpikir
tanpa belajar adalah berbahaya.”
Konfusius sangat menyukai orang muda. “Orang
muda,” katanya, “harus
diperlakukan dengan hormat. Bagaimana kamu bisa
tahu bahwa mereka tidak akan menjadi sama dengan
kamu pada suatu hari? Orang yang telah mencapai
usia empat atau lima puluh tahun tanpa menghasilkan
apa-apa tidak patut dihormati.”
Reputasinya sebagai guru dan cendekiawan tersiar
dengan cepatnya. Bahkan pegawai pemerintahan mengirimkan
anak-anak mereka untuk belajar kepadanya. |
|
Prev
| Next |
|
|
Komentar:
Tidak seorang pun mempunyai pengaruh yang lebih
besar dalam kehidupan, pikiran, dan bahasa masyarakat
China seperti halnya Konfusius. Namun, dengan berjalannya
waktu, Konfusius menjadi jauh dan aneh, kadang kala
bahkan tidak simpatik. Untuk lebih memahami ajarannya,
saya akan melihat kembali ke sejarah untuk mencoba
menemukan seperti apakah Konfusius itu sebenarnya.
Cerita-cerita berikut adalah mengenai Konfusius,
namun lebih tertuju kepada kehidupannya daripada
filosofinya. |
|
Konfusius, 551-479
S.M
Pelajari Kebenaran di pagi hari, dan matilah dengan
bahagia di malam hari. |
|
Taken From
Michael C. Tang Book “Kisah-Kisah
Kebijaksanaan China Klasik - Refleksi Bagi Para
Pemimpin” |
|
|
|
|
|